Translate

Sunday, October 10, 2021

Wani Piro

Markus 10:21-22 (TB)  Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. 



Keluarga yang hidup dalam pemulihan, segala sesuatu yang berpindah, bergeser dari semula dan diupayakan kembali ke titik awal. Semua ini mengembalikan kepada awalnya, titik nol, aslinya.

Apakah dalam keluarga kita , kita merasakan ada banyak hal yang bergeser, berbeda. Keluarga adalah dunia pertama yang dikenal oleh anak manusia. Ada banyak hal yang kita kenal yang baik dikenal di keluarga, demikian juga dengan rasa yang kurang baik.



Jual semu yang menghalangimu , sesuatu yang harus dijual itu , dia masih musa tetapi sudah kaya raya, bukan hanya karena kaya turunan, tapi kaya juga karena dia kerja keras untuk kekayaannya. Tuhan minta jual semua, mengikut Tuhan hanya perlu bawa badan dan baju  tidak perlu harta yang banyak dan kekayaan.

Semakin bertambah usia kita  semakin banyak hal yang ditemukan, ada banyak dunia lain di luar keluarga. Kesuksesan yang kita bawa diminta dijual, di dalam kehidupan keluarga untuk tetap fokus di titik awal keluarga. Hati kita harus tetap nol , miskin ketika pikiran hati kita memiliki banyak aspek di luar kita.

Jangan membandingkan keluarga kita dengan orang lain, harus merasa puas (fulfill) saat berada di dalam keluarga sendiri. Ini adalah hal pertama dalam pemulihan keluarga. Seburuk2nya keluargamu disanalah kita merasa bahagia.

Hal kedua, murid2 merasa berbeda, mereka telah meninggalkan segala sesuatu, beda dengan si anak muda kaya ini. Tuhan mengembalikan berkali2 lipat. Org yang meninggalkan segala sesuatunya bagi Tuhan akan dipuaskan hatinya dan mendapatkan kerajaaan Allah. Merasakan kehausan kepada Kristus akan membuat para murid menjadi nyaman, tiga tahun lebih murid2 ikut Tuhan mengikut Tuhan tanpa bicara kapan mereka mau pulang. Semua ini karena mereka dipuaskan. Apakah keluarga kita memberikan kepuasan, merasa nyaman? Perasaan ini harus dipupuk, dipelihara dalam keluarga.

Ketika Tuhan telah menganugrahi keluarga kita, kita harus memelihara perasaan puas (fulfill) di tengah keluarga.

Itulah keberanian dan tekad yang harus kita jaga di keluarga kita.