Translate

Wednesday, July 11, 2018

BE GRATEFUL OF YOUR FAILURES (Bersyukurlah atas kegagalan anda!)

BE GRATEFUL OF YOUR FAILURES
(Bersyukurlah atas kegagalan anda!)


Didier Deschamps, lahir 1968 di Bayonne (Prancis Selatan). 
Di sana, olahraga favoritnya adalah rugbi. Jadi, Didier pun belajar dan berlatih main rugbi bersama teman-temannya. Keinginan dan motivasi Didier sangat tinggi. Sayangnya, badan Didier tidak setinggi teman-temannya. Dan, pelatih mencoret namanya dari tim utama. Didier harus berada di luar lapangan, menyaksikan teman-temannya yang lebih tinggi bermain di tim utama.

Didier pun memutuskan untuk bermain di cabang olahraga lain. Pergilah dia ke sekolah sepak bola junior di Nantes (Prancis Barat). Akhirnya, di cabang sepak bola, Didier Deschamps berjaya. Dia menjuarai Liga Prancis (dengan Marseille), Liga Italia (dengan Juventus), Liga Inggris (dengan Chelsea), bahkan menjadi Juara Eropa dan Juara Dunia dengan timnas Prancis. 
Sekarang, Didier menjadi Pelatih Timnas Prancis, dan akan mengantarkan Perancis bermain di babak final Piala Dunia 2018. Didier Deschamps sedang berjuang untuk menjadi orang ketiga di dunia yang menjadi Juara Dunia sebagai pemain dan pelatih (setelah Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer.
Sementara, teman-temannya yang lain—yang dahulu diterima di tim utama rugbi di Bayonne—tidak mencapai prestasi sehebat Didier.
Ternyata, Didier harus merasakan kegagalan (ditolak di tim rugbi Bayonne) sebelum akhirnya pindah ke sepak bola dan menjadi juara dunia.

Namanya Dila. Dia sekolah di sebuah SMA di Singapura. Nilainya termasuk average (sedang-sedang saja) karena memang dia bersekolah di salah satu sekolah terbaik di Singapura. Nilai bahasa Inggrisnya biasanya C, seperti teman-teman dekatnya.
Kemudian, enam bulan sebelum ujian akhir, dia mengikuti ujian preliminary. Nilai teman-temannya masih C. Dila seperti tidak memercayai matanya melihat hasil ujiannya ... F (nilai terendah)!
Dila menangis dan menelepon papanya, "Papa ... I am so sad. I NEVER FAIL BEFORE. I feel like I am such a loser. I don't know what to do from now on ...." Papanya bilang, "Dila, bersyukurlah bahwa kegagalan ini terjadi sekarang. Lihat, betapa sayangnya Allah sama Dila. Coba kalau kegagalan itu terjadi pas ujian akhir. Yang hasilnya akan tercetak di ijazah untuk seumur hidupmu. Bangkitlah. Belajarlah. Do your best to improve."
Dan Dila pun berusaha mati-matian. Dia bekerja keras, sangat keras, lebih keras daripada orang lain. Pandangannya berubah, dia melihat bagaimana dia bisa melakukan hal-hal dengan cara yang berbeda. Dan itu dilakukan selama enam bulan.
Kemudian, hasil ujian akhir pun diumumkan .... Teman-teman dekatnya mendapatkan nilai C (karena mereka memang biasanya mendapatkan C). Dila mendapatkan nilai A untuk semua mata pelajaran! Nilai tertinggi untuk ujian level A yang diuji langsung oleh Cambridge University. Setelah itu Dila mendapatkan beasiswa di tujuh negara, akhirnya dia memilih ke Amerika.
Seandainya saja Dila tidak mendapatkan F pada ujian preliminary, mungkin dia tidak akan pernah mendapatkan nilai A.
 
Apakah persamaan dan perbedaan kedua kisah itu?
Satu-satunya yang berbeda adalah Dila terus berusaha untuk belajar dan terus kerja keras mempersiapkan ujian SMA. Sementara, Didier mengubah bidangnya, dari rugbi ke sepak bola. Tapi, keduanya gigih dalam mengejar impian mereka.
Persamaannya:
1) Keduanya memiliki tekad dan motivasi tinggi untuk berhasil.
2) Keduanya pernah gagal, (Didier ditolak masuk tim rugbi, Dila mendapatkan F untuk bahasa Inggris).
3) Pada saat gagal, keduanya merasa sedih dan frustrasi.
4) Setelah gagal, mereka bangkit dan berusaha lagi.
5) Pada akhirnya, mereka berdua mencapai keberhasilan, dalam skala yang berbeda, tapi, tetap sebuah kesuksesan. Didier menjadi juara dunia sepak bola. Dila mendapatkan nilai A dalam bahasa Inggris.
6) Keduanya harus bersyukur bahwa mereka pernah gagal.
Seandainya tidak ditolak di tim rugbi, mungkin Didier tidak menjadi juara dunia. Seandainya nilainya tidak turun dari C ke F, mungkin Dila tidak akan bekerja keras sampai akhirnya meraih A.
Ternyata, mereka harus mensyukuri kegagalan yang mereka alami.
Inilah mental para juara.
Apakah Anda bermental juara?
Apakah Anda bersyukur atas kegagalan Anda? Atau, apakah Anda menangis, meratapi nasib, dan menyerah?
Pilihan ada di tangan Anda. Anda yang memutuskan untuk diri Anda sendiri.

Tujuan yang menantang memang membuat kita kadangkala gagal dahulu. But, it's ok. Bukan berarti bahwa kita harus menurunkan cita-cita atau tujuan kita.
Ingat ucapan Michelangelo?
Yang berbahaya itu bukanlah kita mencanangkan cita-cita terlalu tinggi dan gagal mencapainya.
Yang berbahaya adalah pada saat kita mencanangkan cita-cita terlalu rendah dan tercapai
 
Jadi, tak ada masalah. Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Seperti
saya yang bercita-cita kuliah ke Jerman (waktu saya masih klas 1 SD) dan banyak yang menertawakan.
Seperti Singapura yang 30 tahun lalu bercita-cita punya bandara terbaik di dunia. Seperti Didier Deschamps yang bercita-cita menjadi juara dunia sepak bola.
Tetapkan cita-cita setinggi langit. Kemudian, buat diri Anda terobsesi
padanya. Bekerjakeraslah untuk mencapainya.
Kemudian, ....
Di tengah jalan, pasti Anda akan menghadapi kegagalan. 
Tak mengapa.
Bedanya para juara dan yang lain bukanlah para juara selalu sukses dan yang lain pernah gagal. Mereka semua (termasuk para juara) pernah gagal.
Mungkin, gagal di latihan atau di pertandingan yang sesungguhnya.
Perbedaannya hanya satu:
Para juara (the winners) jika gagal akan BANGKIT kembali dan mencoba lagi sampai akhirnya berhasil.
Sementara pecundang (the losers) jika gagal akan berhenti, berputus asa, dan menyerah.
 
Yang manakah Anda? Pemenang atau pecundang? Pilihan ada di tangan Anda. Anda yang memutuskan apakah ingin menjadi pemenang atau pecundang; dengan cara memutuskan apakah Anda akan berjuang lagi atau menyerah jika gagal.
Ternyata, hal ini juga berlaku dalam berbagai aspek kehidupan: olahraga, sekolah, karier, bisnis, penjualan, belajar sesuatu yang baru ... dan seterusnya.
Di antara beberapa keberhasilan yang saya raih, ada pula sejumlah kegagalan yang saya hadapi.
Beberapa kali saya gagal dalam ujian saya di Prancis (sebelum akhirnya lulus). Di awal karier saya, beberapa kali saya ditolak oleh perusahaan saat melamar kerja. Pada saat saya menjadi konsultan, beberapa kali saya gagal menjual proyek saya ke calon customer saya. 

I was grateful with all my failures. Saya sangat mensyukuri kegagalan saya itu. Kegagalan-kegagalan itu membuat saya jauh lebih kuat.
Untuk keluar sebagai pemenang, Anda tidak harus sukses di setiap usaha yang Anda lakukan.
Anda hanya perlu melatih diri sendiri untuk menerima rasa sakit yang datang akibat kegagalan, penolakan, atau kinerja buruk dan mempertahankan kesuksesan dalam pandangan Anda. Semakin cepat Anda bangkit dan melanjutkan hidup, semakin baik pula hasilnya kelak. Dan, Anda akan memperoleh talenta yang unik dan tak ternilai serta sumber daya yang dibutuhkan untuk terus keluar sebagai pemenang di jalan panjang menuju sukses.

Jadi, apa yang harus kita lakukan pada saat gagal?
1) Sadarilah bahwa kegagalan itu biasa terjadi dan bagian dari proses menuju keberhasilan.
2) Terus visualisasikan tujuan Anda. Tetaplah semangat dan termotivasi untuk meraih keberhasilan. Fokus. Jangan teralihkan.
3) Lawan rasa sakit. Tahan rasa sakit dan kekecewaan dari kegagalan itu. Bersiap-siaplah bahwa kegagalan berikutnya akan datang lagi. Jangan berpikir bahwa ini adalah kegagalan terakhir. Akan ada lagi …. Lanjutkan hidup dan fokus pada tujuan Anda.
4) Belajar dari kegagalan, Pelajari kegagalan itu; apa yang bisa Anda lakukan dengan cara yang berbeda. Lihatlah dari perspektif lain, lihatlah dari sudut pandang yang berbeda, ubah cara Anda melakukannya ….
5) Dan (saya) ulang lagi. Pelajari kegagalan itu; apa yang bisa Anda lakukan dengan cara yang berbeda. Lihatlah dari perspektif lain, lihatlah dari sudut pandang yang berbeda, ubah cara Anda melakukannya ….
Teruslah mencoba, teruslah berlari, teruslah berjalan, teruslah berjuang, teruslah berlatih, teruslah belajar, teruslah bekerja, teruslah tersenyum, teruslah tertawa, teruslah menyanyi, jangan hiraukan yang lain ... sampai Anda meraih tujuan Anda.

Yang bikin kesal adalah waktu saya mengedit tulisan ini (setelah menyaksikan tim kesayangan menang lawan Belgia di TV ruang tamu dengan suara pelan, karena takut istri terganggu), tiba-tiba istri bangun dan berkata,"Perancis menang 1-0 ya?"
Whaaaaat? How does she even knows the result? She is sleeping.
I hate it.
The women are always right, even when they are sleeping.

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
Director
PT. DAYA CIPTA MANDIRI SOLUSI
mobile: 62-812-1057533 / 0881-8857333
skype: fankych1211