Translate

Wednesday, April 01, 2015

Melihat dari sudut Allah

Kembali saya mengambil waktu. Waktu untuk bernafas, menarik nafas panjang , dan mengevaluasi apa yang selama ini saya kerjakan. Perjalanan panjang beberapa tahun ini, memang memerlukan waktu 'break'. Seperti layaknya seekor kuda yang bekerja menarik beban, perlu berhenti untuk mengatur nafas. Seperti layaknya masinis kereta , yang berkonsentrasi tinggi, dan merindukan perhentian di stasiun kereta berikutnya. 

Mungkin itulah kondisi saya saat ini. Memerlukan tempat perhentian. Bedanya adalah, tempat perhentian saya ini, bukan untuk berhenti, melainkan untuk melihat, apa yang selama ini telah dilakukan , telah dilewati, dan kemudian, melihat lagi, mengamati lagi, langkah berikutnya yang akan diambil. 

Membaca renungan harian hari ini, membuat saya benar benar merenung. Mengapa Pilatus, yang notabene adalah pimpinan tertinggi, wali negara Roma, negara yang adi kuasa kala itu, mencoba membebaskan Yesus dari hukuman, atau paling tidak meringankan penderitaan Yesus, dan itu tidak bisa dilakukannya. 

Di lain pihak, Simon dari Kirene, ia mungkin tidak mengenal Yesus secara dekat. Ia tidak terlibat peristiwa itu, dan hidupnya sontak berubah, karena kebetulan ia ada di sana, dan disuruh mengangkat salib Yesus. Ia tidak berusaha terkenal, tidak berusaha meringankan beban Yesus, tapi ia dipakai Allah. Dan mungkin saja. Sepanjang jalan ia membawa salib itu, dia melihat Yesus, dan berusaha memahami apa yang dirasakan Yesus. Bandingkan, seorang penguasa menjadi tidak berdaya, dan yang tidak berdaya, malah diberikan kuasa. Sungguh , perspektif Allah, cara pandang Allah ternyata berbeda. Mungkin tidak sama dengan kita.

Cara pandang inilah yang menjadi kata kunci. Selama ini, saya hidup berusaha menerapkan cara pandang saya sendiri. Seringkali saya merasa, mungkin saya manusia terhebat, manusia yang telah melalui masa masa sulit di waktu kecil, dan sekarang saya berubah. Saya merasa saya telah diberikan kuasa, dipercaya Allah, untuk menjadi saluran berkat bagi beberapa orang. Dan saya seringkali merasa, itulah cara pandang yang Allah inginkan untuk saya. 

Tapi hari ini , harus saya akui. Cara pandang Allah belum tentu sama. Kehendak Allah belum tentu sama dengan kehendak saya, dan mungkin, Allah punya cara sendiri. Mungkin punya pola pandang sendiri, punya rencana dan rancangan sendiri. Yang saya harus lakukan adalah kembali padaNya. Memegang kembali tangan kuasaNya, dan membiarkan Allah melakukan apa yang Dia pandang baik untuk saya, memberdayakan saya untuk melakukan kehendak Nya.

Itulah perenungan yang Tuhan izinkan saya dapati hari ini, di tengah sejuknya udara pegunungan Pangrango.  Biarlah kita semua memiliki waktu perhentian , waktu untuk bernafas, dan menyelidiki kembali apa yang terbaik yang telah Tuhan berikan, dan yang Tuhan sedang rencanakan dalam hidup kita.

Evernote helps you remember everything and get organized effortlessly. Download Evernote.