Translate

Sunday, January 06, 2019

Prediksi TIK Indonesia 2019

Kami di Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (APTIKNAS) berusaha sebaik mungkin merangkul para pengusaha IT (baca: TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Indonesia. Memang kami berangkat dari asosiasi terdahulu, APKOMINDO, dimana sebagian besar anggotanya adalah pengusaha komputer, terutama di retail, namun seiring perkembangan TIK, kami membuka diri lebih luas lagi dengan melibatkan banyak pengusaha lain, tidak hanya terkait hardware, tetapi software dan services.
Dan inilah beberapa hal yang kami lihat akan tumbuh berkembang di dunia TIK Indonesia.
  1. Kami melihat tren transformasi digital semakin kuat, dan sekarang tidak hanya di level korporasi (enterprise) [lihat strategi transformasi digital], tetapi juga pemerintahan (smart city - SPBE). Hal ini berarti peluang bisnis, kerjasama terkait transformasi digital masih sangat luas. Pemerintah akan sangat memerlukan konsultasi dan asistensi dari dunia industri dan akademis. Transformasi digital juga harus melibatkan masyarakat, dan ini yang akan diexplorasi terkait smart city + SPBE. [lihat 5 sektor Smart City] Korporasi akan memaksimalkan tren ini dengan pendekatan Smart 4.0 (Smart Building, Smart Factory , Smart Hospital, Industry 4.0). Akademis akan mendukung dengan konsep Smart Campus dan terlibat erat dengan industri.
  2. Penggunaan atas data, pemanfaatan atas data semakin tinggi di berbagai sektor. Ini semua akan mengarah kepada data monetisasi. Dari tahun lalu kita melihat berbagai sektor bergeliat mengeksplorasi tentang big-data.[lihat 12 karir baru terkait big-data] Dan inilah tahunnya, memaksimalkan potensi data yang kita miliki. Penggunaan atas data ini akan diperkuat oleh berbagai aturan pemerintahan (Revisi PP82, SPBE dan aturan sektoral yang akan mengubah penggunaan dan akses data). Tidak lupa faktor data security akan memegang peranan penting, termasuk pemilihan perangkat terkait dengan 'AS-China-Trade-War'. Pemerintahan dan korporasi akan sangat teliti memilih teknologi hardware dan software ini.
  3. Pergerakan dari basis perangkat keras, ke perangkat lunak dan jasa-jasa di para pengusaha TIK. Dari yang semula berbasis hardware, pengusaha TIK mulai mengembangkan diri ke software dan IT services. Hal ini menuntut pembelajaran bisnis baru, model bisnis baru serta memaksimalkan potensi customer existing mereka. Pengusaha TIK 'jaman-old' harus membuka wawasan mereka, memulai menggunakan marketplace, apps, digital marketing dan mempersiapkan tim millenials mereka. [lihat strategi digital marketing]
  4. Jamannya Digital-Twin saat ini. Semua dirubah menjadi digital, semua bisa dimonitor secara digital, semua bisa dikontrol secara digital. Ini akan mengembangkan potensi terkait IoT (pemanfaatan IoT untuk industri, perusahaan, pemerintahan), big-data (storage, hyperconvergence), dan mulai mengarah ke edge-computing selain cloud computing.
  5. Explorasi API akan semakin marak. Semua industri akan mulai membuka datanya, diijinkan diakses dan saling mengakses, semua akan mengembangkan diri untuk memaksimalkan data yang dimiliki. Bank akan membuka diri, pemerintahan akan membuka akses, korporasi harus menyiapkan diri. Perangkat appliance dan software yang mendukung 'API-world' ini akan semakin marak, disamping faktor IT sekuriti yang harus diperkuat. Oleh karena itu, korporasi akan memulai divisi baru - IT Security, tidak hanya di finansial sektor.
  6. Pengembangan software (devops) akan semakin dinamis (agile), dan semakin banyak tools yang digunakan para 'google-programmer'. Meskipun posisi programmer akan menjadi semakin langka (baca: laris) di Indonesia, karena geliat start-up, termasuk start-up industri yang akan semakin banyak. Metode pengembangan aplikasi berbasis BlockChain akan semakin marak digunakan, dan ini juga mendukung teknologi edge-computing selain cloud-computing yang semakin kuat digunakan para devops.
  7. Mulainya penggunaan Artificial Intelligence dalam berbagai bidang. Pemerintahan mulai menggunakan AI atas data mereka, rekaman CCTV akan dieksplorasi dengan License Plate number - Face recognition dan beragam lainnya. Korporasi menggunakan AI untuk memaksimalkan analisa customer mereka (CRM+AI, ERP+AI). Oleh karena itu, Korporasi akan merubah strategi pengadaan menjadi penyewaan / sewa pakai, mereka menuntut 'agile', sehingga strategi cloud+AI akan diambil.
  8. Kebutuhan SDM TIK terbesar tetap terkait dengan sales, technical support dan programmer. [lihat tren skill abad 21]. Tim sales harus sangat akrab dengan sosial media, karena sebagian besar market akan datang via sosmed + LinkedIn. Kemampuan technical support yang dicari akan sangat beragam, tapi skill technical support terkait networking dan security akan sangat tinggi. Programmer juga akan menjadi incaran dan paling cepat 'lompat' apabila perusahaan tidak berhasil mengelola mereka dengan baik.
Meskipun tahun 2019 adalah tahun politik, dimana ada beberapa bulan yang tidak efektif maksimal, diantaranya April - Mei dan Oktober. Pengusaha menantikan kemungkinan yang terjadi, bila terjadi penggantian kepemimpinan nasional, apabila tidak , maka cenderung akan stabil seperti biasa. Gelihat pengadaan pemerintahan sudah mulai dikebut di Januari, tetapi mega proyek akan terhambat menunggu hasil pemilu. Korporasi akan bergerak hati-hati dengan investasi TIK, dan cenderung mengambil pendekatan sewa-pakai. Langkah penggunaan jasa pihak ketiga juga diambil untuk menekan resiko dan meningkatkan profit. Sehingga geliat jasa IT outsourcing akan merambah korporasi diluar telko, migas dan finansial yang selama ini banyak menggunakan. Cloud computing dan DRC berbasis cloud akan berkembang baik, meskipun para investor data center dunia sedang menunggu kepastian revisi PP82. Pertempuran selanjutnya ada di memastikan kebijakan sektoral untuk mendukung data center tetap di Indonesia. SPBE akan menajamkan skill dan kebutuhan implementasi e-Government, dan semoga kesamaan aplikasi e-Gov semakin terjadi di Indonesia. Meskipun para vendor dunia sedang menggenjot isu edge-computing selain cloud computing, tapi perlu 1-2 tahun untuk bisa menggunakannya secara optimal. Pendekatan edge-computing mungkin cocok untuk kondisi infrastruktur Indonesia, tapi mempersiapkan aplikasi edge-computing + block-chain akan perlu skill yang kuat. Kami di pelaku Industri memang sangat 'gemas' melihat kurikulum pendidikan yang masih jauh dari harapan industri, dan akan semakin banyak melibatkan diri dengan dunia edukasi untuk memastikan kualitas lulusan mereka bisa diserap.
Tetap semangat TIK Indonesia.