Translate

Saturday, March 31, 2018

Punya karyawan millenial , siaplah berubah

Berganti tahun, sekarang tim yang ada di kantor kami (yang baru berusia 12 tahun), mulai dimasuki oleh anak anak muda kita, atau sering disebut dengan Millenials.

Mereka memang bersemangat masuk ke dalam tim kami, dengan berbagai alasan mereka. Dan inilah yang kami harus sesuaikan.

Biasanya kami menghitung berdasarkan absensi, sekarang berdasarkan prestasi. Biasanya kami menghitung pencapaian mereka berdasarkan banyak pekerjaan, sekarang berdasarkan kualitas pekerjaan. Biasanya mereka harus kerja ontime, sekarang mereka meminta sangat fleksibel terkait waktu. Akh, banyak hal yang harus saya rubah juga pada waktu menjadi leader mereka.


Saya berusaha menyesuaikan dengan beberapa cara. Dan hal diatas menjadi salah satu panduan saya. Artikel Gallup membantu membuka mata saya membantu mereka bekerja lebih baik.

Pertama, mereka akan sangat fokus kepada keberadaan mereka, tujuan mereka ada. Oleh karena itu, membantu mereka menjelaskan pentingnya mereka, tujuan yang mereka bisa capai, itu menjadi fokus utama pada bulan-bulan pertama mereka masuk ke tim kami. Jadi bukan melulu gaji fokus utama mereka.

Kedua, memastikan skill dan kemampuan mereka berkembang menjadi lebih utama. Dulu kita fokus kepada pencapaian pekerjaan, tanpa peduli mempersiapkan mereka. Sekarang terbalik, fokus kepada peningkatan skill mereka dan arah pengembangan mereka menjadi sangat penting. Kami harus merelekan mereka terus menerus dilatih dan dipersiapkan, otomatis budget training harus dipersiapkan lebih baik.

Itu dia juga sebabnya, mereka sangat mudah pindah kerja, karena mereka selalu mencari tempat terbaik untuk mengembangkan diri mereka.

Ketiga, gaya saya tidak bisa lagi jadi BOSS, tapi BOS (Buat Orang Senang), Jadi saya harus membimbing mereka, dekat dengan mereka dan bersahabat. Pola komunikasi pun berubah, santai dan membantu mereka nyaman.

Keempat, annual review memang kami lakukan, tapi per 3 bulan kita tetap evaluasi, dan memastikan itu bersama dengan mereka. Tidak bisa lagi sendirian, mereka dilibatkan, diajak bicara dan dibantu.

Kelima, seringkali kita menganalisa kelemahan mereka, dan fokus kesana, tapi sekarang harus terbalik juga. Kekuatan mereka lah yang dimaksimalkan. Tidak semua orang punya kemampuan yang kita harapkan, tapi tetap kita bisa memaksimalkan kekuatan skill mereka.

Keenam, pekerjaan bukan lagi pekerjaan, memastikan pekerjaan adalah life mereka adalah penting. Mereka puas di pekerjaan, mereka akan bagikan ke banyak orang. Mereka nyaman, mereka akan bertahan. Kehidupan adalah semata tentang nyaman dan senang untuk mereka.

Tapi tetap saja ,  ada beberapa hal dasar yang pada waktu mereka masuk bergabung, kami rasakan kurang. Yaitu skill dasar, kemampuan dasar yang harus dimiliki mereka, terutama karena mereka akan berkarir di bidang TIK. Saya tahu dan sadar, sekolah dan universitas yang selama ini ada, tidak menyiapkan mereka untuk bekerja di perusahaan. Gap skill selalu terjadi di dunia TIK yang cepat bergerak. Itulah sebabnya saya bergabung dalam KPTIK, dengan harapan bisa memberikan masukan untuk pengembangan SDM TIK Indonesia. Memang gayung belum bersambut, masukan-masukan KPTIK menjadi angin saja bagi kementrian terkait. Tapi kita harus tetap semangat.

Nah, silahkan tentukan tantangan anda masing-masing dalam mengelola mereka bekerja bersama anda.