Translate

Sunday, April 20, 2014

TRISAKTI SOEKARNO, untuk dijalankan JOKOWi

Sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/03/30/trisakti-vs-gbhn--546580.html

TRISAKTI (BUNG KARNO)
Selama dalam masa pendudukan, penghisapan dan penindasan kolonialisme Belanda, bangsa Indonesia berada dalam hegemoni penjajah. Antonio Gramsci menjelaskan, bahwa kekuasaan yang menindas berupaya menguasai seluruh keadaan melalui cara yang paling kuat yaitu hegemoni, baik dalam tataran nilai ataupun tindakan. Intelektual dari Italia ini mengungkapkan berbagai contoh hegemoni dalam catatannya ‘Selection from the Prisons Notebooks’ Hegemoni ini bisa mempengaruhi semua aspek kehidupan. Bung Karno, memiliki gagasan untuk menghadapi gelombang hegemoni dari pihak luar.
Fidel Castro, legenda Revolusi Kuba, pernah mengaku sebagai murid Bung Karno. Pengakuan itu, seperti ditulis Dr. Haridadi Sudjono, mantan Dubes Indonesia untuk Kuba, disampaikan sendiri oleh Fidel Castro kepada Bung Karno. Konon, pengakuan Castro itu juga pernah disampaikan ke Menlu Adam Malik. Bahkan, kata Dr Hariadi, beberapa ajaran Bung Karno menjadi acuan Fidel Casto dalam memimpin negerinya. Dua ajaran Bung Karno yang paling digandrungi dan diterapkan oleh Fidel Castro adalah TRISAKTI dan RESOPIM, RESOPIM adalah Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional dan TRISAKTI adalah Berkedaulatan dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudaya.
Dalam pidatonya menyambut Hari Ulang Tahun kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1964, Bung Karno mengambil judul “Tahun Vivere Pericoloso” yang antara lain mengungkapkan tiga paradigma besar yang bisa membangkitkan Indonesia menjadi bangsa yang besar baik secara politik maupun ekonomi. Konsep tersebut adalah TRISAKTI.
TRISAKTI yang dimaksudkan oleh Bung Karno adalah:
1. Berkedaulatan dalam politik.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing berabad-abad lamanya. Tiga ratus lima puluh tahun dalam kolonialisme Belanda bukanlah waktu yang singkat. Pada kondisi bangsa berada dalam cengkeraman kolonialisme, maka kemerdekaan tidak dimiliki oleh bangsa kita dan pada saat yang sama tidak ada lagi kedaulatan politik karena semua sektor telah diintervensi oleh bangsa lain. Padahal sebuah bangsa memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri. Sehingga Bung Karno menegaskan bahwa kedaulatan politik bangsa Indonesia sudah mutlak untuk diwujudkan dengan menolak segala bentuk intervensi bangsa lain. Bung Karno menyatakan, “Nation building and character building harus diteruskan sehebat-hebatnya demi menunjang kedaulatan politik kita”. Ketegasan sebagaimana yang ditunjukkan oleh bapak Proklamator di atas sejalan dengan konsep kemerdekaan yang dilontarkan oleh filosof terkemuka dari Jerman, Martin Heidegger, yang menyimpulkan bahwa “Manusia sesungguhnya ditakdirkan untuk merdeka”.
2. Berdikari dalam Ekonomi.
Bung Karno mengingatkan kita betapa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA) baik di daratan maupun di lautannya. Akan tetapi kekayaan SDA ini belum membangkitkan ekonomi nasional dikarenakan tingkat ketergantungan terhadap pranata ekonomi asing sangat tinggi. Dengan melihat fakta ini maka Bung Karno, mengemukakan bahwa penting sekali bangsa Indonesia untuk Berdiri Di atas Kaki Sendiri (BERDIKARI), dalam mengatur perekonomian demi kesejahteraan rakyat. Ketergantungan yang tinggi terhadap ekonomi bangsa lain menurut Bung Karno, tidak akan menjamin kesejahteraan rakyat justru sebaliknya berpotensi menimbulkan resesi ekonomi nasional yang berkepanjangan. Apa yang menjadi kekhawatiran Bung Karno terbukti, terutama ketika bangsa Indonesia di era Orde Baru mulai berafiliasi dengan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan lain-lainnya, bangsa Indonesia tidak bisa menghindarkan diri dari krisis ekonomi yang dampaknya terasa hingga hari ini.
3. berkepribadian dalam kebudayaan.
Aspek budaya bagi Bung Karno sama pentingnya dengan aspek lainnya. Bangsa Indonesia harus menghormati budaya warisan nenek moyang dan menghargai nilai-nilai luhur kebudayaan di masyarakat. Karakter dan kepribadiaan budaya Indonesia haruslah dijaga dan dilestarikan. Misalnya budaya gotong-royong yang melambangkan kolektifitas sebuah komunitas yang guyub dan berbagai karya budaya yang mewarnai dunia seni. Pemerhati budaya Indonesia terkemuka dari Amerika, Profesor Benedic Anderson banyak sekali mengungkapkan kekayaan budaya Nusantara, seperti budaya Jawa yang kaya akan nilai luhur. Misalnya di katakan bahwa masyarakat Jawa sangat menghargai aturan yang formal. Etika dan aturan yang lahir dari keputusan formal pasti akan dilegitimasi secara kolektif oleh masyarakat. Kandungan budaya seperti ini sangat bagus dalam memperkuat demokrasi karena proses demokratisasi pada beberapa sisi mengandung etika dan nilai-nilai yang formal. Ini membuktikan keyakinan Bung Karno bahwa budaya kita adalah budaya yang luhur dan mendukung kepribadian bangsa Indonesia.

Tiga butir Trisakti harus dijalankan secara konsisten.
Ketahanan ekonomi nasional harus dibangun secara mandiri dengan kemauan politik yang bulat. Beras mahal, antri beli beras bukan import beras. Ketahanan pangan nasional harus dibangun. Idealis bukan pragmatis. Sampai tahun 1980, rakyat China berpakaian biru-biru serta bersepeda mengingat pemerintah belum mampu mengadakan barang kebutuhan yang beragam. Tahun 1980-an Televisi di India masih hitam putih, yang terpenting sampai komponen terkecil diproduksi dalam negeri. Pada periode yang sama, televisi di Indonesia sudah berwarna mengingat sifat pragmatis, import saja, toh bisa bayar, kan ada uangnya.
Di jaman Orde Lama rakyat Indonesia harus antri sembako, kran import ditutup, kemiskinan merata, ketahanan ekonomi dibangun menurut skala prioritas. Para pelajar terbaik pilihan Bung Karno dikirim ke Moscow, Peking atau negara Eropa Timur lain guna alih teknologi, dalam hubungan G to G. Waktu itu disebut jaman susah. Secara impirik, jaman susah harus ditempuh selama 2 kali 20 tahun dengan peningkatan kemakmuran yang lamban.
Di sinilah manusia Indonesia tidak tahan mental. Tahun 1990-an pada jayanya Orde Baru, pertumbuhan ekonomi kita mencapai 7% mengalami over heat, kasarnya inflasi tinggi karena belanja sangat tinggi mengingat banyak alat, bahan baku sampai tenaga ahli harus diimport. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi China yang mencapai 12% tapi tidak mengalami over heat, karena sudah banyak sarana yang dipasok dari dalam negeri. Tahun 2003 LEMHANAS memproyeksi, China dan India menjadi raksasa dunia kelak pada tahun 2020.
Semangat TRISAKTI di atas penting sekali untuk dicermati terutama dalam menyongsong pesta demokrasi yang akan datang. Karena konsep tersebut masih sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia. Kota-kota ataupun daerah-daerah tertindas yang kita perjuangkan sebagai salah satu basis perjuangan, tentu akan  mendukung konsep apapun yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia, termasuk TRISAKTI yang merupakan salah satu warisan Bung Karno kepada kita semua.