Translate

Sunday, September 13, 2009

FILSAFAT PELAYANAN oleh: Pdt. DR. STEPHEN TONG

Pada waktu kita melihat zaman dalam konteks
pelayanan kita, dapat dikatakan bahwa zaman ini adalah zaman yang selalu
berubah, tidak sama dengan zaman yang dahulu maupun yang berikutnya. Suatu
zaman selalu mempunyai tanda, semangat dan warna tersendiri yang berbeda dari
zaman sebelumnya. Memang, pada waktu kita melihat zaman dalam kehidupan, kita
lihat adanya suatu culture yang
sebenarnya berubah secara drastis. Di dalam hal ini juga, generasi Saudara
adalah suatu generasi yang sangat unik, karena kita berada dalam satu peralihan
dari suatu culture, dan mungkin kita sendiri, selama melaluinya, tidak
menyadarinya. Dalam zaman kehidupan Saudara ini, Saudara merupakan saksi dari
berlangsungnya suatu zaman dan juga berakhirnya suatu zaman, masuk menjadi
zaman yang baru.

Zaman pertama adalah zaman modern. Zaman kedua
adalah zaman postmodern atau pasca-modern. Secara unik, Saudara berada dalam
tengah peralihan suatu zaman. Hal ini merupakan suatu yang sangat besar dalam
sejarah, karena sejarah pemikiran modern sudah berlangsung selamai 200 tahun.
Saudara berada dalam perbatasan akhir dari zaman modern dan akan melangkah
dalam suatu zaman yang baru, yaitu zaman postmodern.

Tetapi, kita perhatikan, zaman adalah zaman yang
berubah, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Tetapi bagaimana dengan
pelayanan gereja kita? Sering kali kita melihat bahwa pelayanan kita justru
tidak berubah dari waktu ke waktu. Zaman terus berubah, tetapi pelayanan kita
sebagai orang Kristen tidak mengalami perubahan yang berarti. Sehingga gereja
sangat lambat dan tidak peka dalam mengantisipasi semangat zaman yang berubah.
Kita tidak memperhatikan persoalan itu.


Ada kata-kata yang menyindir orang-orang pada zaman
ini: if you are not confuse, you probably
don't know what is happening; Jikalau kamu tidak bingung, mungkin kamu
tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jika Saudara tidak bingung melihat
semangat, dan apa yang sedang berlangsung pada zaman ini, tidak berarti bahwa
Saudara melihat/memperhatikan zaman ini, melainkan Saudara tidak mengetahui apa
yang sedang terjadi.

Pada waktu kita melayani, kita tidak menyadari
bahwa zaman sudah berubah, sehingga pelayanan kita semakin lama semakin
menurun. Dalam kesempatan sharing antar-gereja nanti*, kita bisa share satu
sama lain mengenai pelayanan gereja kita. Mungkin sebagian gereja mengalami
penurunan, sebagian gereja mengalami kemajuan. Kita akan melihat
faktor-faktornya.

Kalau pelayanan kita menjadi sesuatu yang menurun,
maka ini harus membuat kita berpikir: Kenapa orang-orang tidak datang
ke persekutuan
pemuda? Apa yang harus kita lakukan? Pada akhirnya, yang kita lakukan untuk
pelayanan kita adalah bersaing dengan dunia. Bagaimana bersaing dengan dunia?
Misalnya: dunia mempunyai bioskop, maka kita juga membuat pertunjukan film.
Tetapi bedanya kalau bioskop dapat menarik banyak orang, tetapi film yang kita
putar, misalnya Jesus in Campus Crusade,
maka seluruh jalan cerita film itu sudah dapat ditebak, sehingga membuat orang
lain merasa lebih baik nonton di bioskop.

Jadi apa yang kita lakukan di komisi pemuda adalah
bersaing dengan dunia. Mungkin satu saat Saudara berhasil dengan membuat suatu
acara yang sangat menarik, misalnya membuat suatu pertunjukan kejutan.

Dari semua acara yang menarik itu, pasti ada acara
yang kurang menarik, dan ada acara yang lebih menarik dari acara-acara menarik
yang lainnya. Hal itu membuat kita mati-matian dengan tak habis-habisnya
berpikir bagaimana membuat suatu acara yang lebih menarik dari acara yang
sebelumnya, yang sudah menarik itu. Maka akhirnya, kita tidak akan mampu dan
tidak mungkin bekerja sepenuh hidup kita hanyak untuk acara komisi pemuda itu.
Akhirnya kita terpuruk pada kesulitan pelayanan. Semakin lama semakin lemah,
dan akhirnya persekutuan pemuda kita juga semakin lama semakin merosot. Dalam
keadaan seperti demikian, apa yang harus kita lakukan?

Ada satu hal yang harus kita lakukan, yaitu: KEMBALI
KE DASAR, back to basics. Kita tidak
mungkin bersaing dengan entertainment yang ditawarkan oleh dunia, maka kita
harus kembali kepada apa yang Tuhan ingin kita lakukan di dalam kehidupan. Kita
harus kembali kepada hal tersebut.

Kita lihat di Pengkhotbah 1:4-8. Kita melihat
bahwa Pengkotbah memperhatikan hidup manusia hanya sekedar sebagai lingkaran,
yang saya istilahkan, lingkaran kesia-siaan. Semua perputaran dalam alam itulah
yang dilihat oleh Pengkotbah sebagai suatu lingkaran kesia-siaan. Dalam ayat 8
dikatakan segala sesuatu menjemukan, karena Pengkotbah melihat segala sesuatu
adalah pengulangan dari apa yang pernah terjadi, meskipun tidak selalu persis,
tetapi ada a continual beginning,
suatu permulaan yang sama terus-menerus, sehingga menjadi suatu lingkaran
kesia-siaan.

Manusia dalam proses kehidupannya, dari lahir
hingga ia meninggal, kemudian diteruskan ke generasi berikutnya, tidak pernah
dapat terlepas dari pola pengulangan yang sama, yang dikatakan Pengkotbah
sebagai lingkaran yang menjemukan. Satu-satunya jalan untuk menerobos lingkaran
kesia-sian ini adalah dengan melakukan Linearisasi Kehidupan. Artinya di dalam
kehidupan, kita tidak hanya berjalan mengikuti lingkaran-lingkaran dalam
kehidupan, tapi kita juga berjalan menuju ke sebuah tujuan yang ingin kita
capai, dan tujuan yang ingin kita capai adalah CHRIST-LIKENESS,
menjadi serupa dengan Kristus. Inilah tujuan utama
dari kehidupan orang Kristen dalam suatu lingkaran kehidupannya, di mana ia
telah berjumpa dengan Kristus (Roma 8:29). Itulah yang seharusnya menjadi
tujuan setiap pribadi yang telah ditebus.

Pada waktu kita bersama-sama mempunyai tujuan yang
sama sebagai orang Kristen dan pelayan Kristus dalam komisi pemuda, Saudara
harus dapat berperan sebagai fasilitator pertumbuhan orang lain dalam
mencapai Christ-likeness. Bagaimana dan hal-hal
apa yang harus kita sediakan sebagai aktivis komisi pemuda untuk menolong
anggota-anggota kita ini agar bisa menjadi orang-orang yang serupa dengan
Kristus?

Untuk itu, kita kemudian melihat satu hal: Spiritual Formation. Pada waktu kita
ingin menjadi serupa dengan Kristus, kita ingin mencapai Total
Spirituality. Artinya dalam persekutuan pemuda kita tidak
mengkotak-kotakan pembinaan anggota kita. Kita tidak hanya membina mereka hanya
sekedar agar mereka mengerti firman Tuhan saja, bukan hanya bersifat sebagian
saja, tetapi secara total, mencakup keseluruhan kehidupan pribadi mereka di
dalam mereka berjalan menuju keserupaan dengan Kristus.

Hal yang dapat kita wujudkan dalam Total Spirituality adalah:

1. Knowing and Experiencing God in an Intimate Relationship.

2. Holistic Development toward Holiness and Christ-likeness.

3. Obeying God and Doing the Work of His Kingdom.

Saya merasakan hal ini merupakan perumusan yang
bersifat komprehensif, karena dalam pelaksanaan semuanya ini meliputi: orang
itu bertumbuh, mendapatkan suatu pengetahuan, bersifat holistik, menyeluruh.

Dalam ketiga poin tersebut dapat bisa diringkas
lagi menjadi:

1. Knowing
2. Being
3. Doing

Bruce Powers melakukan pembagian pertumbuhan hidup
manusia berdasarkan usia:

1. Usia 0-6 tahun: mengalami fase yang disebut fase nurture.
Pada waktu itu, orang tidak terlalu memikirkan dan
memperhatikan arti hidup, the meaning of
life. Pada fase ini, ia memperhatikan kasih dari orangtuanya dan
orang-orang yang merawatnya. Sebenarnya orang tersebut tidak begitu
memperhatikan
perkataan orangtuanya, tetapi yang diperhatikan adalah apakah orangtua saya
memperhatikan saya atau tidak.

2. Usia 7-18 tahun, disebut sebagai fase indoktrinasi.
Pada usia ini, seseorang mulai diberikan isi iman.
Misalnya: seorang anak sebelum makan harus berdoa.

3. Usia 19-27 tahun, disebut sebagai fase reality testing.
Pada usia ini, seseorang menguji pengetahuan dan
teori yang didapatnya dari fase indoktrinasi, bagaimana orang tersebut
membuatnya nyata dalam kehidupannya.

4. Usia 28-35 tahun, orang melakukan making choices.

5. Usia 36 tahun ke atas, orang mengalami active devotion.
Pada waktu inilah seseorang merasa ia sudah mantap
atas pilihan dari pengetahuan dan teori dalam hidupnya, dan secara aktif
melakukan kepercayaannya.

Jadi, tahap usia yang paling mudah untuk
dimenangkan adalah usia 7-18, pada saat seseorang masih mengalami fase
indoktrinasi. Yang paling disulit di-Injili adalah orang yang berusia 36 tahun
ke atas, karena di dalam usia ini orang tersebut merasakan segala sesuatu sudah
ia dapatkan, jalankan, uji, pengalaman hidupnya sudah berbicara, dan segala
sesuatu itu sudah membuktikan bahwa apa yang ia jalani dan percayai saat ini
adalah sesuatu yang benar.

Yang dikatakan oleh Bruce Powers ini sebenarnya
meliputi ketiga hal tadi: Knowing, Being
dan Doing. Dalam usia 7-18 tahun,
pada saat inilah proses Knowing
terjadi. Dalam usia 19-27 tahun, ia mengalami proses Being. Dan pada
waktu sesorang menjadi active devotion, ia sedang melakukan sesuatu
(Doing).

Bukan berarti jika seseorang pada usia tertentu,
ia berada pada tahapan tertentu pada usia tersebut. Misal: jika usia orang itu
19 tahun, maka tidak berarti ia berada dalam tahap Being. Tahap Knowing, Being,
dan Doing ini merupakan suatu lingkaran yang terus berulang dalam
kehidupan kita.
Knowing saya akan diterjemahkan ke dalam Being, dan Being saya akan
diterjemahkan ke dalam Doing. Pada waktu melakukan sesuatu, saya juga
mengetahui sesuatu yang baru. Pada waktu saya mengetahui sesuatu yang baru,
saya mencoba melakukan sesuatu yang baru. Pada waktu saya melakukan sesuatu
yang baru, saya sedang menjadi Being yang baru. Hal ini merupakan suatu
lingkaran dalam suatu kehidupan yang terus berulang, hingga kita mencapai
tujuan kita, yaitu menjadi serupa dengan Kristus.

Di dalam perkembangan iman (faith development) inilah, sesuatu yang
ingin kita capai adalah
pertumbuhan di dalam wilayah Knowledge,
Character, dan Doing. Di dalam
pertumbuhan iman kita, kita ingin mempunyai pertumbuhan iman di dalam :

1. Pengetahuan
2. Being, yang diterjemahkan dengan character, dan
3. Kehidupan aktivitas yang saya lakukan di hadapan Tuhan dan di
hadapan manusia.

Dengan semua ini, kita mengharapkan:

1. Adanya suatu perubahan yang berelasi dengan pengajaran Alkitab.
Artinya pertumbuhan iman saya adalah pertumbuhan yang
positif, yang bersesuaikan dengan pengajaran firman Tuhan, yang sudah saya
gumulkan, mengerti, dan menyatukan diri dengan the unique life of each
individual. Tiap orang adalah unik. Rencana Tuhan adalah rencana yang unik bagi
setiap kita, maka di dalam pertumbuhan iman seseorang, Tuhan menginginkan agar
setiap orang boleh bertumbuh ke arah di mana memang Tuhan menghendaki, supaya
ia dapat bertumbuh sesuai dengan keunikannya masing-masing. Misal: talenta yang
diberikan Tuhan memiliki keunikan masing-masing. Dalam keunikan masing-masing,
kita mempunyai pertumbuhan yang terus-menerus di dalam kehidupan kita.

Kita tetap mempunyai satu pertumbuhan di dalam
Knowing, Being, dan Doing, sehingga kita mengharapkan suatu perubahan yang
nyata bagi setiap orang yang datang bersekutu di persekutuan pemuda kita.
Misalnya: ada orang yang iri hati, orang yang sedang bergumul dengan dosanya;
kita mengharapkan ada perubahan terjadi pada dirinya. Bukan sekedar suatu acara
berlangsung dengan sukses.

2. Bagaimana kita dapat mengevaluasi pelayanan kita berhasil atau tidak?
Yaitu dengan melihat apakah terjadi perubahan pada
hidup seseorang. Kalau ada individu-individu yang berubah dalam sebuah gereja,
maka gereja sebagai gambaran tubuh Kristus pun akan menjadi gambaran
yang terus-menerus
mengalami perubahan dan pertumbuhan, yang menuju kepada keserupaan dengan
Kristus secara keseluruhan. Pada waktu kita berada di gereja, kita tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dunia tawarkan kepada kita, tetapi
sebaliknya kita mengharapkan adanya perubahan.

Saya boleh mengharapkan perubahan terjadi di dalam
kehidupan seseorang, sama halnya pada waktu Saudara datang ke tempat ini
sebagai individual. Pada waktu kita menyelesaikan tahun 1998 dan memasuki tahun
yang baru, perlu kita tanyakan: Adakah perubahan yang terjadi pada diri saya?
Apakah sepuluh tahun sekarang dengan sepuluh tahun yang dulu adalah saya yang
tetap sama? Dengan kata lain, apakah tidak ada perubahan yang terjadi dalam
hidupku? Pelayanan kita harus terus mengarah kepada hal ini, yaitu
Expecting a Change, mengharapkan
terjadinya perubahan. Meskipun saat ini kita mempunyai banyak kelemahan, sesuai
dengan berjalannya waktu, kita harapkan ada perubahan-perubahan yang terus
terjadi dalam kehidupan kita, dengan demikian kita semakin lama semakin menjadi
serupa dengan Kristus.

3. Kalau betul setiap kita mempunyai suatu core (inti) dan visi
pelayanan yang jelas
dan boleh dipakai Tuhan untuk merubah kehidupan orang-orang, pada
waktu kemudian semuanya berhasil, dari
waktu ke waktu terus terjadi perubahan-perubahan di dalam kehidupan mereka,
maka kita akan melihat gereja masa depan adalah gereja yang gemilang.

Kalau kita tidak terjerumus ke dalam segala
sesuatu yang menarik, yang ramai, yang tidak kalah bersaing dengan dunia, kita
akan melihat gereja abad ke-21 menjadi gereja yang terpuruk. Mungkin gereja
tersebut akan terjun ke dalam sekularisme yang sama sekali tidak mempunyai daya
tarik, karena justru apa yang kita lakukan adalah sama dengan apa yang dunia
tawarkan.

Kita semua, bersama-sama harus yakin dalam
pelayanan dan visi yang jelas, yaitu ingin membawa mereka untuk menjadi serupa
dengan Kristus. berdasarkan itu, akan ada perubahan dan pertumbuhan yang
terjadi dalam Knowing, Being, dan Doing melalui semua yang kita
kerjakan sepanjang
tahun di dalam kehidupan pribadi kita dan orang lain yang kita layani. Pada
suatu waktu nanti kita boleh bersyukur: Gereja masa depan, apa pun yang
terjadi, sekalipun kita memasuki masa penganiayaan di mana gereja kemudian
ditekan, mungkin penginjilan tidak boleh dilakukan, akan tetap yakin di dalam
imannya. Kita berlomba dengan waktu, dalam waktu tiga tahun kita mendidik
orang-orang, sehingga betul-betul terjadi perubahan yang sungguh di dalam
kehidupannya. Dengan demikian kita boleh yakin, apa pun yang terjadi di abad
ke-21, kita akan dapat menghadapinya. Gereja Tuhan tidak dapat dihancurkan dan
kita dapat tetap berdiri tegak, karena kita mempunyai tujuan yang jelas dalam
pelayanan kita.

Ingat, engkau adalah masa depan gereja.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirimu, yang membuat engkau semakin
berakar dan terus bertumbuh, menjadi organisme yang tidak mati adalah masa
depan yang engkau tanamkan dalam gereja pada abad mendatang. Kalau engkau
menanam pohon yang mati, maka gereja yang akan datang adalah gereja yang mati.
Kalau engkau menanam iman yang hidup, maka gereja masa depan akan hidup. Gereja
masa depan ada di atas pundakmu, langkahmu, tindakanmu. Gereja masa depan ada
di tanganmu.

Saya sangat mengharapkan di dalam seluruh sesi NYC
(National Youth Convention) ini,
setelah kita mendapat menjelasan mengenai apa yang harus kita lakukan
di dalam Knowing, Being, dan Doing, kita akan bersama-sama
merumuskannya. Maka pada akhirnya,
ada 400 orang boleh dipersatukan dalam satu visi pelayanan, dalam hal-hal yang
dilakukan dengan jelas untuk masa yang akan datang; Bagaimana kita bisa
bergandengan tangan, saling membantu, supaya apa yang kita pikirkan ini bisa
terwujudkan di dalam gereja masing-masing dan terus memajukan gereja. Kita
harapkan sesuatu yang besar terjadi di abad ke-21 ini, dengan Saudara-saudara
sebagai orang-orang yang dipakai Tuhan di tempat Saudara berada. Engkau akan
dipakai Tuhan menjadi pelopor untuk melihat hal ini sambil Saudara melayani dan
bekerja. Kita boleh melihat semua itu diwujudkan.

Sumber
: artikel di Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII) Melbourne.