Translate

Thursday, April 26, 2018

BE CAREFUL WITH A JOB OFFER, TAKE IT AT YOUR OWN RISK!


Aris tiba-tiba menelpon saya, saat saya masih di Malang.
Dia bilang,"Kayaknya saya akan mendapatkan job offer. Tapi saya galau juga nih, mau diambil atau tidak ya?"

Aris saat ini bekerja sebagai seorang IT consultant di sebuah perusahaan consulting internasional. Dan karena expertise dan networkingnya, dia mendapatkan job offer menjadi IT advisor di sebuah State Owned  Company. Dia sangat excited, meskipun dia galau.

Saya bisa membaca pikiran Aris (really, I am a mind reader 😁). Dia sangat excited dengan gaji yang akan diterimanya (naik 30 percent, tambah joining bonus). Tapi dia galau karena dia bertanya-tanya, apakah dia akan "senang" bekerja di sana?

Pertanyaan klasik, dan sering dialami banyak di antara kita.
First thing first, let me tell you this.
Tidak ada satu orang pun yang sedemikian bodohnya, untuk memberikan gaji yang 30 percent lebih mahal, dan anda akan mengerjakan pekerjaan yang lebih mudah! Berhentilah bermimpi di siang bolong! Gak ada itu!

Kedua, berarti pekerjaan yang baru nanti akan lebih sulit, bebannya lebih berat, dan akan membuat anda lebih stress, minimal 30 percent lebih banyak, mungkin malah limapuluh percent! Ya iyalah, that s the rule of the business.
Saya pernah menghadapi anak-anak muda unyu-unyu bau kencur, yang belum bisa buang ingusnya sendiri, yang resign dengan gaji 40
percent lebih tinggi, dan 2 bulan kemudian nelpon saya,"Pak Pam, can I come back?"
Ternyata pekerjaan di sana jauh lebih berat, dia jauh lebih stress, dan ternyata 40 percent kenaikan gajinya tidak seimbang dengan berat dan stress pekerjaannya sekarang.
Hati-hati memilih pekerjaan, jangan terkesima dengan gajinya saja!

Apalagi dalam kasusnya Aris di atas, dia mau pindah industry, pindah company, dan pindah dari multinasional ke State Owned Company!
Baru pindah perusahaan dalam industry dan sektor yang sama saja bisa pening kepala menyesuaikan diri. Dalam kasusnya Aris, kepalanya bisa pecah karena pening tiga kali.

Terus bagaimana? Harus hati-hati mengevaluasi sebuah job offer.

a) THE INDUSTRY

Is the industry still growing? Masih tumbuh gak? Cek laporan keuangan dari 2-3 perusahaan di industry itu.

b) THE COMPANY

Cek budaya kerja (culture and way of working) di sana. Lihat bagaimana mereka me-reward karyawan dan leader mereka. Apakah mereka mendapatkan  bonus maksimal karena hasil sales saja, atau mereka mengukur dan memperhatikan juga masalah leadership dan employee engagement. Remember, what get measured get done!

c) THE LEADER

Anda kan punya teman-teman kuliah dulu yang juga bekerja di sana. Tanyakan ke mereka, bagaimana bos-bos di sana? Baik-baik? Memperhatikan dan mengembangkan anak buahnya? Atau jangan-jangan banyak yang menjilat atasan dan menindas bawahan? (Kiss up and exploit down?)

d) THE TEAM

Tanyakan apakah sesama team mereka having fun? Bekerja bersama? Kolaborasi? Atau banyak yang saling menusuk dari belakang!"?
Pekerjaan anda pasti targetnya , pasti stress  bertambah.
Kalau ditambah lagi dengan stress mengelola boss anda dan mengelola team anda, tanyakan pada diri anda sendiri, kuatkah anda?

e) YOUR CAREER DEVELOPMENT

Anda adalah pilot dari karier anda sendiri . Jadi terus-terang jangan banyak berhara bahwa perusahaan akan mengembangkan karier anda. Forget about that. Tetapi setidaknya anda bisa mempelajari apakah perusahaan itu akan menjadi tempat yang baik untuk mengembangkan diri anda ...
Apakah pekerjaannya rutin, atau anda akan berkesempatan mengembangkan skills tertentu?
Apakah anda akan bisa melatih leadership and influencing anda?
Apakah banyak competence baru yang akan anda serap (misalnya karena anda akan bekerja di bidang yang baru, perusahaan baru atau industry baru)?

Ok, Aris, hati-hati ya ...
Rumput di halaman tetangga memang selalu lebih hijau. Tapi cek dulu lima perspective di atas sebelum memutuskan untuk pindah pekerjaan.

Jangan sampai anda seperti Dilan yang akan bilang,"Milea,
pindah kerja itu berat, kamu jangan. Biar aku saja!"

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto