Translate

Saturday, October 19, 2013

Strategi Kompetisi Ala Richard Branson

November 29 2012 | By Sigit Kurniawan

Sumber Ilustrasi: http://www.csmonitor.com/var/ezflow_site/storage/images/media/images/1221-richard-branson/9231452-1-eng-US/1221-Richard-Branson_full_600.jpg

Dalam bisnis, kompetisi tidak terelakkan. Peran kompetitor justru membantu perusahaan dalam mengedukasi pelanggan. Persoalannya, ketika pelanggan sudah begitu teredukasi, sementara pemain-pemain baru bermunculan, apa yang harus diperhatikan perusahaan? Mengamati dan mencermati kompetisi itu penting, tapi jangan sampai energi habis untuk memikirkan apa yang dilakukan oleh kompetitor. Paling tidak inilah yang disarankan oleh pebisnis nyentrik Richard Branson dalam kolomnya di situs Majalah Entrepreneur.

"Banyak pemimpin bisnis menghabiskan waktu untuk mengamati kompetisi dan justru tidak fokus apa yang sudah mereka kerjakan. Sebab itu, lebih baik, bila pemimpin itu membangun budaya inovatif di dalam perusahaannya," kata Richard Branson.

Richard Branson menawarkan tiga langkah inovatif untuk membangun kekuatan di tengah kompetisi bisnis.

Pertama, perhatikan apa yang pelanggan Anda tidak lakukan. Di Virgin, Richard Branson mengatakan timnya mungkin akan menaruh perhatian besar pada kompetitor ketika sedang mempertimbangkan sebuah usaha baru. Secara khusus, mereka melihat kelemahan-kelemahan umum yang ada di dalam industri. Misalnya, mengapa pelanggan tidak puas dengan layanan maupun produk yang tersedia di rak-rak toko. Richard Branson menandaskan banyak keputusan bisnis diambil berdasarkan insting dan pengalaman dibanding berdasarkan angka-angka dan riset pasar. "Ketika memposisikan sebagai pelanggan, kita bisa memahami bagaimana cara untuk memperbaikinya," kata Branson.

Kedua, meniru pesaing mungkin bisa membuat pesaing itu tersanjung dan pengembangan model bisnis yang lebih dari pesaing justru lebih penting. "Pada prinsipnya, kita harus bisa mengembangkan model bisnis yang lebih baik, khususnya yang fokus pada kebutuhan pelanggan," kata Branson.

Ketiga, temukan tempat untuk belajar mengembangkan bisnis dan jadilah seperti pelanggan Anda sendiri. Untuk bisa merasakan apa yang dirasakan pelanggan, sambung Branson, Anda harus bisa memposisikan diri seperti mereka. Termasuk membeli produk dan memakainya. Bila ada sesuatu yang kurang pas, di situlah juga Anda harus memperbaikinya. Branson menandaskan daripada berfokus pada pesaing, lebih baik fokus pada apa yang dibutuhkan pelanggan.

Sementara itu, dalam konteks New Wave Marketing, kajian sebuah bisnis bisa dilihat dengan bingkai pemikiran 5C, yakni Company, Customer, Competitor, Change, dan Connector. Paling tidak, sebagai pebisnis, kita tidak hanya fokus pada salah satu "C" saja seperti yang disarankan oleh Richard Branson tersebut. Pebisnis juga harus memahami apa yang terjadi di dalam diri Customer, di dalam Company-nya sendiri, bisa memahami perubahan-perubahan yang sedang terjadi, memahami apa yang dilakukan pesaing, dan juga bisa menjembatani atau menjadi konektor bagi keempat elemen tersebut.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com