Translate

Wednesday, February 23, 2011

Merawat Keintiman Suami-Istri

Merawat Keintiman Suami-Istri
Julianto Simanjuntak

Kehidupan manusia modern yang bercirikan mekanisasi di segala bidang dan rutinisasi yang mekanistik telah meningkatkan perasaan keterasingan dan kesepian. Dalam relasi dengan sesamanya, manusia semakin menjadi impersonal. Pola relasi satu dengan yang lain, termasuk dalam keluarga, makin superfisial (dangkal/ semu). Padahal untuk memiliki kehidupan yang sehat dalam pernikahan, keintiman sangat dibutuhkan.

Apa itu Intimasi?

Intimasi adalah satu seri dialog antar individu dan relasi satu perasaan kedekatan atau saling membagi satu dengan yang lain di dalam satu atau lebih dari tujuh area intimasi yang ada. Tujuh area intimasi itu adalah: intimasi emosional, intimasi sosial, intimasi intelektual, intimasi seksual, intimasi rekreasional, intimasi spiritual, dan intimasi aestetik.

Intimasi pada hakekatnya dimulai dari diri sendiri. Jika individu tidak mampu intim dengan dirinya sendiri (self-intimate), tidak mungkin ia dapat intim dengan orang lain. Dengan memiliki diri yang lovable dan worthy, barulah kita punya kapasitas untuk intim dengan sesama.

Intimasi berarti ada kesediaan membagi dan menyatakan diri pada orang lain tanpa rasa takut dan tanpa berpura-pura. Intimasi dinyatakan dalam proses komunikasi. Komunikasi ini baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal (gestures dan ekspresi suara). Dalam proses ini, kita mengenal orang lain dengan menyatakan diri kita sendiri terlebih dulu. Kita mengenal sebagaimana kita dikenal. Dilandasi rasa dipercaya dan mempercayai terhadap pasangan.

Kebutuhan Akan Intimasi.

Kebutuhan akan intimasi pada hakekatnya merupakan sesuatu yang intrinsik dalam diri manusia. Seperti diungkapkan oleh Storkey, ‘Human beings are created for intimacy, to know and to be known, to love and to be loved’. Kebutuhan akan keintiman memang sudah ditanamkan Tuhan dalam hati manusia sejak mulanya. Intimasi merupakan tanda utama dari hubungan suami-istri yang telah mengalami anugerah Allah.

Kita hidup di dalam dunia yang makin lama tidak kondusif untuk menjadi manusia sepenuhnya. Kita makin sulit untuk hidup saling tergantung secara normal. Semangat kompetisi dan kecurigaan telah memutuskan hubungan kita satu dengan lainnya. Demikian juga roh komersialisme telah mengurangi nilai-nilai kemanusiaan kita.

Meskipun kebutuhan akan intimasi sangat mendasar bagi manusia, kondisi kehidupan riel manusia membuat intimasi tidak dapat bertumbuh dengan sehat. Misalnya, di Asia dewasa ini makin banyak kaum wanita terlibat dalam mencari nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga. Akibat dari kecenderungan ini antara lain, angka perceraian makin meningkat drastis. Sebab stres yang menimpa kehidupan suami-istri semakin bertambah besar. Misalnya, waktu untuk menciptakan hubungan yang saling membangun (mutual nurturing) dengan pasangan maupun dengan anak-anak menjadi sangat berkurang. Disamping itu, orangtua makin kehilangan waktu untuk mengasuh anak-anak. Hal ini justru, menurut Levine menambah stres dan konflik tersendiri bagi orangtua. Yakni konflik antara, ‘mengutamakan kehidupan kerja atau keintiman keluarga’.

Dampak Kekurangan Intimasi

Kekurangan intimasi dapat berakibat buruk dalam kesehatan kita. Khususnya menghasilkan kecemasan. Kecemasan ini potensial menghasilkan konflik. Konflik ini dpt meledak dalam hidup kita dalam pelbagai disfungsi emosi, sosial dan kehidupan pribadi. Akibatnya bisa menimbulkan symptom “perasaan bosan dan kelelahan yang tidak jelas, mudah marah, penyakit psikosomatis, depresi, dsb”. Sebaliknya, Karen J.Prager menyimpulkan bahwa relasi yang intim rupanya menjadi semacam benteng bagi efek negatif dari stres. Dalam menghadapi kehidupan yang stressful, mereka yang memiliki relasi yang intim lebih sedikit mengalami syndrom yang berkaitan dengan stres. Mereka umumnya cepat dalam mengatasi pelbagai penyakit, dan paling sedikit kemungkinan kumat dengan penyakitnya dibandingkan mereka yang tidak memiliki relasi yang intim.

Sebaliknya pernikahan yang kaya dengan intimasi membawa efek yang sehat bagi psikis maupun fisik. Pelbagai penelitian membuktikan misal pada saat melahirkan, saat kematian orang yang dicintai, pada saat sakit serius, dlsb. Clinebell & Clinebell mengatakan, intimasi dapat membawa kenikmatan, kepuasan yang mutual , kegembiraan, kedamaian, ketentraman, dan perasaan puas dalam kehidupan individu.



"Berdoa bagi para Pemimpin adalah suatu tugas mulia bagi Org Percaya."