Translate

Friday, July 02, 2004

ERP Stories continued..

Pagi ini , saya punya kesempatan bagus lagi untuk mempresentasikan kembali software baru yang kami miliki.. Dalam kesempatan kali ini, rupanya, si client sudah pernah menggunakan software ERP package sebelumnya dan ERP ini datangnya dari luar Nusantara, dan sedikit banyak masalah yang dia hadapi sewaktu menggunakan software itu, saya dapatkan.

Pertama, bisnis proses. ERP Package telah memiliki standard business process, dan sedikit banyak cukup sulit untuk merubah ini. Tidak semua software dengan mudah dapat mengubah2 bisnis proses yang telah baku dalam program mereka. Seharusnya buat orang IT ini mudah, cuma perlu effort. Effort artinya biaya, dan ini dibebankan ke client. Diam-diam komplain lah manajemen.

Kedua, bahasa. Bahasa yang digunakan oleh ERP Package adalah bahasa Inggris, dengan istilah2 Inggris. Dasar orang Indonesia, seharusnya bisa going global, tapi ternyata implementasi ERP nya terganggu karena faktor bahasa. Simple but pain. Akhirnya, user harus mempelajari kembali semua istilah sesuai dengan istilah baku yang digunakan. Diam-diam komplain lah mereka.

Ketiga, technology. Ada yang berbasis Windows dengan menggunakan programming yang umum, maka ERP ini dengan mudah masuk. Tapi begitu menggunakan dan ada requirement khusus untuk memasangnya saja, sudah menimbulkan masalah kecil. Ada sedikit banyak pembelian hardware lagi. Diam-diam komplain lah bagian TI nya, sedikit banyak muncul extra-cost.

Keempat, lisensi. Software license memang menjadi senjata ampuh buat ERP Package utk menjual produk mereka. Bahkan sekarang pola pikir orang Indonesia, semuanya harus pakai Lisensi. Dari Lisensi inilah sedikit banyak R&D bagi pengembangan software berasal, selain tentu saja penjualan software yang bagus. Tapi tanpa penjualan software yang baik, darimana mereka mendapatkan extra uang. Dari lisensi, dari maintenance, dari remote support, dari apapun yang mereka bisa bebankan ke Client sebagai extra cost yang harus ditanggung, dalam kurun tertentu. Little nightmare buat client. Lisensi saja bisa sudah mencekik leher dan harus berpikir berulang kali, mahal sekali..

Kelima, support. ERP Package tetap butuh support. Support ini bisa remote support, local support ataupun maintenance contract. Support = cost. Buat client, ini jadi pertimbangan sendiri. Bagaimana mungkin untuk menyelesaikan suatu masalah saja, mereka harus SLI ke luarnegeri, berkirim email dan tidak jelas kapan mereka akan menjawab. Ping-pong sana sini terjadi, sedangkan problem tidak pernah selesai. Headache buat IT - user tidak peduli, error program dikejar terus. Artinya, si client harus memikirkan cara, bagaimana agar mereka aman disupport .. Dengan demikian si client pasti akan mengambil maintenance support, tapi yang datang, orang lokal, dengan content yang belum tentu sama dengan yang memasangnya dulu. Masalah lagi.

Wah, lima saja harusnya sudah cukup. Lima di atas membuktikan, ERP lokal masih bisa masuk dan bermain cantik dalam support pengembangan software di Indonesia. Siapkah kita ?