Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu
berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat Efesus
agar hidup merendahkan diri, seorang kepada yang lain (Ef. 5:21).
Bukan karena takut kepada orang yang derajat atau pangkatnya lebih
tinggi, karena bila demikian kita tidak akan melakukannya terhadap
orang yang kita sebut berstatus lebih rendah. Sebab itu kondisi
yang Paulus anjurkan adalah kondisi 'di dalam takut akan Kristus'.
Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh
situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama
lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas
bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan
sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan
gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai
kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri
di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri
kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah
Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan
Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri
(25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi
keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27).
Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama
seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan
bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan
Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus
bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai
pemimpin.
Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut
akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan
dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu
kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam
rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan
tanggung jawab.
build, access and manage your IT infrastructure and web applications