Translate

Sunday, November 06, 2005

Bagaimana melayani Allah ?

Bagaimana melayani Allah ?
fankychristian@gmail.com

Di tangan saya terdapat buku kecil persembahan Bulan Musik GKI Bektim yang merupakan cuplikan dari buku "Kehidupan yang digerakkan oleh tujuan" Rick Warren. Buku ini menarik, bukan lantaran karena pengarangnya, bukan juga karena judulnya, tapi karena isinya. Mungkin akan lebih menarik lagi kalau saya membaca seluruh bab buku itu, tapi buku kecil ini hanya memuat bab 29 - 35 saja. Dalam kesempatan liburan lebaran kali ini, buku ini habis saya baca bolak-balik, dan terus terang, saya jatuh cinta dengan isinya.

Baru saja, malam itu, kami berdiskusi mengenai kehidupan pekerjaan yang selama ini saya jalani. Saya selalu merasakan kurang, dan selalu bertanya-tanya, mengapa saya selalu merasa kurang berkat Tuhan ? Apakah aku hidup kurang bersyukur ? Atau malah, ada pertanyaan mendasar lainnya yang tidak bisa aku jawab sendiri. Dalam kebingungan, saya membaca kembali buku ini, dengan harapan saya bisa cepat tidur dan melupakan semuanya. Nyatanya, saya menemukan hal lain, yang mungkin juga menjadi jawaban atas pertanyaan kita bersama.

Pertama, pertanyaan dasar yang terjawab. Apakah tujuan kita hidup ? Tujuan kita hidup, kembali kepada mengapa kita diberikan kehidupan ? Ternyata, apa pun kita, bagaimana pun kita hidup, keadaan hidup yang kita alami, semuanya merupakan karya Tuhan. Oleh karena tujuan Allah hanya satu hal, yaitu Allah ingin agar kita hidup melayani Tuhan. Sebelum Allah menciptakan kita, Dia telah memutuskan apa yang akan kita alami dan lakukan di dunia ini, dan Allah dengan persis merencanakan apa yang akan kita perbuat untuk melayani Dia. Dan selanjutnya, ini yang menarik, Allah membentuk kita untuk tugas-tugas tersebut. Kita ada sebagaimana kita ada, karena kita dijadikan untuk pelayanan khusus. Jadi dengan jelas, hidup kita tidak mengalir begitu saja, Tuhan telah mengaturnya, untuk tujuan muliaNya. Allah tidak pernah memboroskan sesuatu, Dia tidak akan memberikan kita kemampuan, minat, talenta, karunia, kepribadian, dan pengalaman-pengalaman kehidupan jika Dia tidak bermaksud untuk menggunakannya untuk kemuliaanNya. Saya terhenyak. Ternyata tujuan hidup yang selama ini saya canangkan, jelas-jelas salah. Tujuan hidup saya tidak sejalan dengan Allah. Bagaimana mau sejalan kalau tujuan hidup saya adalah "Agar saya tidak hidup susah lagi". Pengalaman hidup masa kecil yang pahit dan susah menjadikan tujuan hidup saya tidak sesuai dengan tujuan hidup yang Allah buat untuk saya. Jadi rupanya, selama ini saya mengalami kesulitan hidup, Allah ingin membentuk saya. Dan proses itu berjalan terus hingga sekarang. Baik, Tuhan, saya akan merevisi tujuan hidup saya ! Bagaimana dengan Anda ?

Kedua, tujuan telah ada, sekarang bagaimana mencapai tujuan itu ? Akal pikiran kita kembali berkata, tujuan kita hidup adalah melayani Allah, kemudian apakah artinya dalam hidup saya ini, saya akan melayani Allah dengan bergereja, menjadi aktifis, menjadi pelayan Firman, menjadi penatua dll ? Dangkal sekali apabila saya berpikiran demikian. Allah kita telah memberikan kita banyak hal, kemampuan dan minat - setiap kita pasti memiliki 2 hal ini. Dan 2 hal inilah yang dapat kita mulai pertama kali. Dengan minat yang kita miliki, pasti kita memiliki ketertarikan tertentu pada satu bidang tertentu. Dengan kemampuan yang kita miliki, pasti kita bisa melakukan suatu hal tertentu. Tidak semua hal dapat kita lakukan dengan kepala dan tangan - kaki kita, tapi kita dapat melakukan satu hal yang sesuai dengan minat dan kemampuan kita dengan hasil yang sangat baik ! Inilah motivasi pelayanan kita. Karena kita melakukannya dengan minat, maka keefektifan akan tercapai. Kapanpun kita melakukan apa yang Allah tetapkan bagi kita untuk senang melakukannya, kita melakukannya dengan baik. Hasrat yang kuat membawa kepada kesempurnaan. Artinya, dalam melayani Allah, kita dapat melakukan sesuai dengan kemampuan dan minat yang kita miliki. Tidak semua orang dapat mempersiapkan program, mempersiapkan ruangan, mempersiapkan liturgi, memasang sound system, mengajar sekolah minggu, mengajar musik, memimpin biduan, mengetik dengan cepat,.. Allah telah mempersiapkan masing-masing kita dengan kemampuan dan minat masing-masing, yang saling berbeda, tetapi dibentuk, diarahkan untuk suatu tujuan Allah. Dalam kesibukan kita sehari-hari, ada yang sibuk menjadi karyawan accounting, bagian kurir, satpam, jualan gado-gado, menjadi guru, tukang elektronik, jual-beli mobil, semuanya itu Tuhan pakai, dan Tuhan persiapkan untuk melayani Allah, melayani umat Allah satu dengan yang lain. Yang mahir accounting bisa membantu gereja dan orang lain menghitung dengan cermat, sang kurir pandai menyetir mobil - membantu pelawatan di hari minggu, satpam memiliki hubungan baik dengan masyarakat sekitar - membantu koordinasi kegiatan, penjual gado-gado - mempersiapkan konsumsi komisi, si guru mengajar sekolah minggu, tukang elektronik menjadi petugas sound system, jual-beli mobil membantu jemaat yang ingin menjual mobil, sadarkah kita akan hal itu , ternyata banyak hal yang dapat kita buat untuk Tuhan dan jemaat gereja kita. Intinya, apa yang mampu saya kerjakan, akan saya kerjakan. Dan ternyata dalam keseharian saya, Tuhan terus menggunakan apa yang saya mampu, apa minat saya, dan karunia lainnya yang saya miliki - untuk mencapai tujuan Allah. Bagaimana dengan Anda ?

Ketiga, saya sering merasakan "tidak enak" dengan orang lain pada saat bekerja, pada saat melayani Allah. Kenapa ? Allah sendiri menciptakan kita tidak sama satu dengan lainnya. Kita berbeda, tetapi dibentuk untuk satu tujuan yang sama. Kita ternyata membutuhkan perbedaan itu. Kepribadian yang berbeda-beda ini akan mempengaruhi bagaimana dan dimana kita akan menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan kita. Yang jelas harus dipahami, apakah kita memahami diri kita dengan baik ? Kemudian apakah kita juga memahami orang lain dengan baik ? Saya terus terang suka kelihatan menonjol, suka persaingan, dan suka melakukan segala sesuatu dengan cara saya sendiri, kurang cermat dan sering tergesa-gesa. Itulah saya. Kemudian kepribadian rekan kerja saya, yang sangat teliti, mempersiapkan segala sesuatu dengan cermat, tetapi sering mengalah, dan tidak suka bersaing dengan saya, itulah rekan saya. Saya meneladani darinya bagaimana bekerja dengan teliti, demikian juga dia kepada saya. Ke"tidak-enakan" yang ada, ternyata dapat kami atasi dengan baik, dengan saling memahami, bahwa kami memang berbeda, tetapi kami memiliki maksud yang sama, tujuan yang sama. Ingat, yang kita layani adalah Allah - kita melayani sesama kita untuk Allah. Kita bekerja juga untuk Allah - melalui dan bersama dengan sesama kita. Kita menggunakan waktu juga untuk Allah - melalui dan bersama dengan Allah dan sesama kita. Bagaimana dengan Anda ?

Keempat, Tuhan, saya telah mengalami banyak hal, apakah maksud dari semua ini ? Tuhan memanfaatkan pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami. Lihat dan kajilah :
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman keluarga ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman sekolah dan berkuliah ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman bekerja ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman rohani ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman pelayanan ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman menyakitkan ?
Semua ini kita buat daftarnya. Apa yang paling sulit kita tulis ? Tentunya pengalaman menyakitkan kita.. Padahal, dari pengalaman menyakitkan inilah Tuhan seringkali mengajarkan banyak hal kepada kita. Menyakitkan buat saya mengingat masa kecil yang menyulitkan dimana papa saya meninggalkan kami berempat dengan mama. Tapi ternyata, pengalaman itulah yang membentuk saya. Dan jelas saya ingat, bagaimana gereja dan warga gereja membantu kami, oom dan keluarga membantu kami, meskipun tidak sedikit yang mencemooh dan mengejek kami. Tapi kami jadi memiliki tekad yang kuat untuk mengasihi lebih sungguh satu dengan yang lain, sebagaimana Tuhan menjaga kami di waktu kami kecil. Kami jadi mengerti bagaimana Tuhan menyertai kami belajar, dan mengangkat kami dari tiap kesulitan yang kami hadapi. Dan hasilnya luar biasa, tidak ada dari kami pun yang pernah menyangka kami dapat menempuh pendidikan di sekolah dan universitas terbaik. Allah dengan sengaja mengizinkan kita mengalami penderitaan-penderitaan yang menyakitkan untuk melengkapi kita bagi pelayanan kepada orang lain. Jika kita benar-benar rindu untuk dipakai oleh Allah, kita harus memahami sebuah kebenaran yang hebat: pengalaman-pengalaman yang paling kita benci atau sesali dalam kehidupan kita, yaitu pengalaman-pengalaman yang ingin kita sembunyikan dan lupakan, merupakan pengalaman-pengalaman yang Allah ingin kita gunakan untuk menolong orang lain. Pengalaman-pengalaman inilah "pelayanan kita" ! Siapa yang lebih baik menolong orang terkena narkoba - apabila bukan orang yang pernah mengalami dan keluar dari pengaruhnya . Siapa yang lebih baik menolong orang yang hamil di luar nikah kalau bukan orang yang mengalaminya dan telah berhasil memperbaiki hidupnya di hadapan Allah. Siapa yang lebih baik menolong orang susah - apabila bukan orang yang telah bersyukur atas penyertaan Tuhan senantiasa dalam hidupnya. Bagaimana dengan Anda ?

Kelima, baik tujuan - cara mencapai - hambatan dan gangguan mencapai tujuan, telah saya lihat dan pelajari, sekarang bagaimana memulainya ?
Mulailah dengan mengevaluasi / membuat daftar karunia dan kemampuan Anda ..
Daftar karunia yang saya miliki ...
Daftar kemampuan yang saya miliki ...
Apakah yang paling senang saya lakukan ?
Kapankah saya merasa benar-benar hidup ?
Apakah yang sedang saya kerjakan ketika saya tidak ingat waktu ?
Apakah saya suka rutinitas atau variasi ?
Apakah saya lebih terbuka atau tertutup ?
Apakah saya pemikir atau perasa ?
Mana yang lebih saya nikmati ? Persaingan atau bekerjasama ?
Tanya pendapat orang lain tentang diri Anda, jangan harapkan pujian, mintalah mereka dengan jujur menyampaikan yang sebenarnya !
Dalam bidang apakah, saya melihat hasil dalam kehidupan saya yang dipertegas oleh orang lain ?
Pada bidang apakah saya telah berhasil ?
Kemudian MULAILAH. Mulailah melayani, saya bisa menyanyi dan mengajar - maka sekolah minggu saya pilih. Teman saya suka dunia elektronik - maka jadilah dia petugas sound system. Adik saya suka menyanyi - maka jadilah dia anggota PS Gabungan. Rekan saya pandai keuangan - jadilah dia anggota tim sar-pras gereja. Oom saya pandai membuat presentasi - jadilah dia spesialisasi presentasi video di gereja. Banyak sekali ternyata apa yang kita miliki dapat segera kita mulai sebagai dasar untuk melayani. Jangan tunggu-tunggu lagi.
Setelah kita melayani, kaji kembali daftar pertanyaan point 1 diatas. Kemudian ambil sari dari pengalaman-pengalaman yang selama ini kita alami.
Mengenali diri kita, berarti juga kita mengenali keterbatasan kita. Tidak seorang pun bagus dalam segala bidang. Jadi dengan daftar dan evaluasi di atas, kita dapat menentukan SPESIALISASI kita - juga dalam melayani Allah. Allah ingin kita senang dengan apa yang kita miliki, termasuk juga spesialiasi pelayanan kita, jangan mulai membanding-bandingkan pelayanan kita dengan orang lain, atau mencoba mencocokkan pelayanan kita dengan orang lain. Karena tetap, bagaimana berbeda kita melayani Allah satu dengan lainnya, Allah memang telah mempersiapkan semuanya itu. Kita tidak usah ambil pusing dengan komentar dan kritik orang lain, tetaplah melayani Allah. Allah ingin kita menggunakan sebaik-baiknya apa yang kita miliki, dan juga mengembangkan terus kemampuan kita. Dulu saya hanya seorang petugas sound system yang malu tampil di depan umum, sekarang Allah telah mengijinkan saya menjadi liturgos kebaktian, bagaimana bisa ? Karena Allah senantiasa membantu kita berkembang. Manfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan apa yang kita miliki, dan pertajamlah terus kemampuan dan minat kita. Bagaimana dengan Anda ? Kapan Anda mau memulai ?

Keenam, sekarang saya telah mulai melayani Allah, dalam pekerjaan, keseharian dan di gereja, bagaimana baiknya saya harus bertindak ? Kita melayani Allah dengan melayani orang lain. Inilah sebabnya, setiap saat sebenarnya kita ditantang untuk melayani Allah. Walaupun kita telah mengetahui dengan baik 'modal' yang kita miliki untuk melayani Allah, tetap yang terpenting adalah hati kita yang melayani Allah. Allah membentuk kita untuk pelayanan, bukan untuk mementingkan diri sendiri. Nach, disinilah muncul istilah pelayan yang sejati. Semua dari kita bisa dan mampu melayani Allah, tapi apakah kita memiliki kepekaan yang besar untuk melayani Allah dengan setia, tidak mengenal waktu, tidak mempermasalahkan siapa dan apa yang kita layani, tidak meributkan sesuatu yang Allah sebenarnya telah siapkan. Seringkali kita berkutat dengan rutinitas. Saya ingat bagaimana saya merasakan kejemuan pelayanan karena saya terikat dengan rutinitas sebagai penatua, dari rapat satu ke rapat lainnya, tiap minggu melayani, kesibukan mengejar target program, sehingga saya lupa, siapa yang saya layani - saya ribut untuk urusan waktu, administrasi, keuangan, siapa yang bertugas, jangan si A, jangan si B, dan mendengarkan jemaat yang mau begini mau begitu - lupa yang kita layani adalah Allah sang Pelayan sejati yang telah memberikan contoh.
Pelayan sejati memberikan diri mereka untuk melayani, siap sedia, melakukan apa yang diperlukan bahkan ketika rasanya tidak aman. Kita sering ribut repotnya melawat karena tidak ada mobil gereja, supir gereja tidak masuk, yang kita cari selalu melayani dengan nyaman! Kita mengatur waktu kita, agar kita nyaman, padahal Allah meminta kita siap sedia setiap saat !
Pelayan sejati memperhatikan kebutuhan, selalu siap sedia untuk berbagai cara menolong orang lain. Kita kehilangan banyak kesempatan untuk melayani karena kita kurang peka dan sigap. Saya ingat seringkali sewot karena memperhatikan dan meributkan hal-hal kecil yang saya pikir untuk mencari perhatian orang lain, padahal sayalah yang kurang peka. Kesempatan-kesempatan untuk melayani akan berlalu dengan cepat, kadang tidak pernah kembali lagi. Mungkin kita hanya akan memiliki kesempatan sekali, jadi gunakanlah itu.
Pelayan sejati melakukan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Para pelayan tidak mencari alasan, menunda atau menunggu keadaan yang lebih baik. Allah berharap kita melakukan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita miliki, dimanapun kita berada. Salah satu alasan mengapa banyak orang tidak pernah melayani karena mereka takut mereka tidak cukup baik untuk melayani. Adik saya takut karena tidak pernah melayani, sampai suatu ketika mendapatkan kesempatan melayani menjadi pelatih gerak dan lagu, dan ternyata hasilnya, dia bisa memberikan sesuatu yang baik. Saya merasa tidak pernah menjadi ketua panitia Natal, ketika menerima tugas itu, takut luar biasa. Tapi toch, hasilnya juga Tuhan buat baik untuk semua. Hampir segala sesuatu yang kita lakukan dikerjakan dengan kurang baik pada saat pertamakalinya, tapi inilah cara kita belajar. Saya masih ingat ketika pertama kali mengajar anak sekolah minggu berdoa, mereka menolak semua. Ketika saya mencoba berminggu-minggu menguraikan cara dan isi doa yang harus mereka bawakan, dan kami mencobanya bergantian satu dengan yang lain, akhirnya sekarang kami telah terbiasa untuk berdoa dan mendoakan.
Pelayan sejati mengerjakan tugas dengan dedikasi yang sama. Apapun yang kita kerjakan, kita harus melakukannya dengan sepenuh hati. Tugas-tugas kecil seringkali menunjukkan kebesaran hati. Dan seringkali, kesempatan-kesempatan besar sering menyamar dalam tugas-tugas kecil. Saya ingat salah satu anak sekolah minggu yang sangat malu tampil di depan kelas pada awalnya, kemudian kami belajar dalam diskusi kelompok selama berminggu-minggu dengan tugas-tugas sederhana, dan hasilnya saya bisa lihat dia tampil sebagai liturgi keluarga di kebaktian umum kita dengan berani dan baik.
Pelayan sejati setia pada pelayanan mereka. Para pelayan menyelesaikan tugas mereka, memenuhi tanggung jawab mereka, memegang janji mereka, dan menyelesaikan komitmen mereka. Mereka tidak meninggalkan pekerjaan separuh selesai, dan mereka tidak berhenti ketika mereka patah semangat. Mereka bisa dipercayai dan bisa diandalkan. Saya salut pada pelaksanaan program-program kerja kita yang seringkali kelihatannya kurang diminati jemaat karena jumlah jemaat yang hadir sedikit, tetapi tetap kita setia menjalankannya.
Pelayan sejati tetap rendah hati.. Para pelayan tidak berpromosi atau menarik perhatian untuk diri mereka sendiri. Karena mereka hidup untuk dipandang Allah, bukan orang lain.

Ketujuh, apa yang seharusnya selalu ada dalam pikiran saya sebagai seorang yang melayani Allah ? Saya berubah, saya tidak sama dengan saya yang dulu sebelum saya mencoba melayani Allah. Allah mengijinkan perubahan itu terjadi, karena Allah membentuk saya, tidak hanya dalam sikap, tetapi juga pola pikir. Apa yang seharusnya saya pikirkan ?
Pelayan lebih memikirkan orang lain daripada diri mereka sendiri. Inilah kerendahan hati yang sejati. Seringkali pikiran kita berkata " kita melayani supaya orang lain menyukai kita, kagum, atau mencapai tujuan kita sendiri " Padahal, pelayan sejati tidak berusaha memanfaatkan Allah demi tujuan-tujuan mereka. Mereka membiarkan Allah memakai mereka untuk tujuan-tujuanNya.
Pelayan berpikir seperti pengelola bukan pemilik. Allah memiliki segalanya, dan kita harus berpikir bagaimana kita mengurus 'segala' yang telah Allah berikan kepada kita ? Untuk menjadi seorang hamba atau pelayan sejati, kita harus menyelesaikan masalah uang dalam hidup kita. Di sinilah saya pernah terjebak. Hidup untuk pelayanan dan hidup untuk uang tidak dapat digabungkan. Allah menuntut komitmen penuh, bukan kesetiaan paruh waktu. Dan uang memiliki potensi besar menggantikan posisi Allah dalam kehidupan kita. Banyak orang yang mau melayani setelah 'urusan uangnya' tidak menjadi masalah. Ini kesalahan besar. Demikian juga apabila motivasi melayani adalah agar Allah mencurahkan berkat 'uang'Nya. Sesungguhnya, cara kita mengelola uang kita mempengaruhi seberapa banyak Allah bisa memberkati kehidupan kita. Oleh karena itu, jadi pengelola bukan pemilik. Karena Allah-lah sang pemilik. Kita ini hanyalah pengelola. Mengelola semua yang Allah berikan, waktu, tenaga dan uang untuk kemuliaan Allah.
Pelayan berpikir tentang pekerjaan mereka bukan tentang apa yang dikerjakan orang lain. Kita harus berpikir apa yang kita kerjakan, bukan yang orang lain kerjakan. Tidak ada tempat untuk iri hati, ketika kita sibuk melayani, kita tidak punya waktu untuk mengkritik. Yang menilai pekerjaan kita bukanlah orang lain, tetapi Allah sendiri.
Pelayan mendasarkan identitas mereka di dalam Kristus. Apa pun yang dilakukan seorang pelayan, dia menyadari benar siapa Kristus dan artiNya bagi hidup mereka. Oleh karena itu, piagam, penghargaan dan ukuran-ukuran yang diberikan orang lain tidak ada artinya. Semakin dekat dengan Yesus, maka semakin sedikit kita perlu mempromosikan diri kita sendiri, inilah kerendahan hati Kristus yang nyata.
Pelayan memikirkan pelayanan sebagai sebuah kesempatan, bukan sebuah kewajiban. Kesempatan untuk menolong, memenuhi kebutuhan, dan mengerjakannya dengan sukacita. Inilah melayani Tuhan dengan sukacita. Karena mereka bersyukur atas kasih karuniaNya, mereka tahu bahwa melayani merupakan pemanfaatan tertinggi dari kehidupan, dan Allah akan memberikan upah atas hal itu. Bagaimana dengan yang Anda pikirkan ?

Kedelapan, akhirnya, dalam perjalanan melayani Allah, seringkali saya merasakan lemah, tidak sanggup, apakah Allah turut bekerja di dalamnya ? Ya, Allah menggunakan kelemahan kita, ketidaksanggupan kita, ketakutan kita, kekuatiran kita, dan Allah mau menunjukkan disanalah Dia akan menguatkan, menyanggupkan, membebaskan kita. Dia tidak hanya menggunakan kekuatan kita, tetapi seringkali Dia juga menggunakan kelemahan kita. Saya merasa tidak sanggup untuk memimpin tim kepanitiaan - karena selama ini saya hanya memainkan peranan kecil sebagai petugas sound system. Dan akhirnya saya tiba di satu titik dimana saya berdoa dan saya mengakui saya lemah, saya tidak sanggup. Dan Allah mendengar, Dia memimpin semuanya seolah tiada halangan - semua tim bekerja, meskipun ada nada sumbang, tapi saya tahu, Tuhan yang memimpin. Kemudian, dalam hidup saya, setelah 2 tahun bekerjasama dengan orang lain dalam usaha kecil, saya mengambil keputusan untuk memulai usaha kecil saya sendiri. Saya kembali merasakan kelemahan dan ketidaksanggupan atas ketidakstabilan usaha kecil saya, dan semua kelemahan ini menyebabkan saya bergantung kepada Allah. Saya menyerahkan kepada Allah semuanya, kesulitan keuangan dan utang yang membelit, ketidakstabilan usaha ke dalam tangan kuasaNya. Kelemahan-kelemahan ini juga mencegah kesombongan. Saya ingat tahun lalu dengan bangganya kami melayani perusahaan-perusahaan besar dan menceritakannya ke banyak orang. Dengan bangganya kami bersombong karena memiliki akses ke perusahaan besar dan mengerjakan proyek-proyek mereka. Tapi kemudian itu tidak menghasilkan apa-apa, hanya kerugian finansial dan waktu yang kami alami, karena kami bergantung kepada manusia, bukan kepada Allah yang hidup. Kesulitan dan kelemahan yang saya hadapi semakin mendekatkan saya kepada Allah. Dan semua ini memacu saya untuk lebih baik lagi bersimpati dan melayani Allah.
Dalam suatu kesempatan di pelayanan kami sebagai guru sekolah minggu, kami menghadapi masa-masa dimana segala pelayanan kami rasanya hambar, kami saling curiga, kami tidak dapat bekerjasama. Kami berkumpul, bersekutu, dan kami mencoba membuka diri, dengan jujur kelemahan-kelemahan kami ungkapkan. Dan kami berusaha merumuskan hal yang lebih baik lagi untuk pelayanan kami kepada Allah. Ketika salah seorang diantara kami mengungkapkan kegagalan, perasaan, keputusasaan dan ketakutan, resikonya adalah dia merasa ditolak. Tetapi keuntungannya, keterbukaan memerdekakan emosi, membuka diri membuat tekanan berkurang, kecemasan kita hilang, dan inilah langkah menuju kemerdekaan. Kerendahan hati bukanlah merendahkan diri Anda atau menyangkali kekuatan Anda, melainkan jujur tentang kelemahan Anda. Semakin jujur, semakin banyak kasih karunia Allah yang kita terima. Karena itulah, Allah memakai kelemahan-kelamahan kita. Allah memakai kelemahan-kelemahan kita dan mengubahnya menjadi kekuatan yang lebih hebat lagi. Bagaimana dengan Anda ?

Akhirnya, kedelapan hal di atas saya ketikkan di pagi harinya sebagai hasil penemuan saya atas buku kecil karya Tuhan ini untuk memulai, memperbaiki dan meningkatkan pelayanan saya dan Anda. Tuhan memberkati kita.