𝐃𝐄𝐕𝐄𝐋𝐎𝐏 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐋𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑𝐒𝐇𝐈𝐏 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐈𝐓𝐘
"Mas Pam, perusahaan kami baru mempunyai CEO baru Mas. Seorang Wanita", begitu cerita Indah.
"Well, congratulations. You will have a new role model then …", kata saya di sela-sela dinner kami di Gion Sushi di daerah Sudirman.
"Tapi dia berumur 63 tahun mas.."
"Kenapa pakai tetapi?"
"Well, kok kayak gak ada yang muda aja… Jaman sekarang kan jamannya Gen Z dan Millennials mas?"
Makanan kami mulai berdatanga. Saya mulai menyantap Misho Soup di depan saya.
**
Pertanyaan yang ditanyakan Indah memang sangat menarik. Mengapa mencari yang tua kalau masih banyak yang muda.
Well, kalau mau jadi CEO, perusahaan sudah memikirkan apa saja kompetensi dan skills yang diperlukan untuk menjadi CEO, supaya perusahaan berkembang. Fokusnya bukan pada usia CEO, jenis kelamin leader, suku , agama atau apapun. Tetapi apakah bisnis perusahaan tersebut akan berkembang pesat di atas competitor mereka.
"Terus, apa yang salah, dengan anak-anak mud aitu mas? Kan banyak yang muda, pintar bahkan lulusan Universitas ternama di luar negeri atau di dalam negeri. Kenapa bukan mereka yang dipilih?"
Tentu saja tidak ada yang salah dengan leader-leader muda. Just remember, namanya juga leader, berarti selain kecerdasan dan kompetensi mereka yang hebat, dibutuhkan juga leadership yang hebat. Saya menamakannya leadership maturity, kedewasaan menjadi seorang leader. Yang biasanya ditempa dan dilatih dengan proses, training , Latihan, menerapkan, gagal, belajar dari kegagalan, mencoba lagi, gagal lagi, baru kemudian setelah gagal berkali-kali. Dan kadang proses itu memakan waktu bertahun tahun, atau bahkan puluhan tahun.
Lihat saja puluhan start-up yang dibangun anak-anak muda yang otaknya cerdas dan lulusan universitas BKK (bukan kaleng kaleng, ada yang dari luar negeri, ada yang topnya di dalam negeri). Beberapa memang untung (meskipun sedikit), tetapi banyak yang masih rugi terus-terusan setelah beertahun-tahun. Ada yang sudah limabelas tahun masih rugi terus. Ya namanya memang start-up sih (sudah lama start, dan profit nya belum pernah UP). Tapi apa itu yang dimaui investor? Sekedar gagah-gagahan di media, buka start up yang kinclong, kemudian boncos bertahun-tahun, sementara foundernya sudah mendapatkan keuntungan?. Bahkan ada yang sampai memalsukan laporan keuangan, membombastiskan angka penjualan (tanpa merasa bersalah), demi memikat hati investor. By the way, foundernya juga anak muda yang cerdas dan lulusan perguruan tinggi terbaik di negeri ini.
Apa yang salah? Leadership Maturity! That's what we need.
**
Saya tidak bilang bahwa semua orang tua mempunyainya. Oh boy, ada banyak sekali yang sudah tua, dan belum juga punya leadership maturity. Pada anak muda juga sama, ada beberapa yang mempunyai, tapi masih banyak yang belum mempunyai.
Mengapa? Saya ulangi. Karena untuk membentuk leadership maturity, kedewasaan menjadi seorang leader, biasanya harus ditempa dan dilatih dengan proses, training , Latihan, menerapkan, gagal, belajar dari kegagalan, mencoba lagi, gagal lagi, baru kemudian setelah gagal berkali-kali. Dan kadang proses itu memakan waktu bertahun tahun, atau bahkan puluhan tahun.
**
Sayangnya media, koran dan majalah tidak banyak membantu. Mereka banyak sekali mengekspose leader-leader muda, di bawah 30 tahun, dengan kesuksesan mereka (secara pencapaian bisnis), jarang ada yang mengekspose leadership maturity mereka. Maka ada banyak anak muda yang setelah di-expose ternyata kemudian nyungsep, start-upnya merugi bertahun-tahun, atau bahkan melakukan fraud. Jadi sebenarnya apa sih maturity ini?
Kedewasaan leader mengacu pada kemampuan seorang pemimpin untuk terlibat secara konsisten dengan diri mereka sendiri, dengan orang lain, dan dunia bisnis. Ini melibatkan integrasi mendalam dari internal (dalam diri mereka sendiri) dan external.
Karakteristik utama kematangan kepemimpinan meliputi:
1) Relevancy: Kemampuan untuk memberikan penilaian yang bijaksana tentang apa yang tepat dalam berbagai situasi
2) Understanding: Pemimpin pada berbagai tahap perkembangan dapat mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan menggunakan Model Kematangan Kepemimpinan.
3) Adapting: Mencocokkan gaya kepemimpinan dengan kematangan leadership: Bagaimana seorang leader mencocokkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan team
4) Patience, Kesabaran, membangun hubungan, dan berpikiran maju: Pemimpin yang matang menunjukkan kualitas-kualitas ini.
**
Terus bagaimana kita mengembangkan kedewasaan berfikir dan bertindak sebagai seorang leader. Coba kita terapkan beberapa hal di bawah ini.
𝐚) 𝐈𝐝𝐞𝐧𝐭𝐢𝐟𝐲 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐬𝐭𝐫𝐞𝐧𝐠𝐭𝐡𝐬 𝐚𝐧𝐝 𝐰𝐞𝐚𝐤𝐧𝐞𝐬𝐬𝐞𝐬.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan Kita dapat membantu menstabilkan kehidupan pribadi dan memelihara interaksi profesional Kita. Self-awareness adalah alat yang ampuh yang diabaikan oleh banyak orang karena sulit atau tidak nyaman, atau mungkin karena membuat mereka merasa tidak nyaman. But leadership maturity start from understanding ourselves. Which area we do better than others, and which area we need to improve.
**
𝐛) 𝐔𝐧𝐝𝐞𝐫𝐬𝐭𝐚𝐧𝐝 𝐚𝐧𝐝 𝐚𝐩𝐩𝐥𝐲 𝐝𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 𝐥𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 𝐬𝐭𝐲𝐥𝐞𝐬.
Kepemimpinan itu bukan menerapkan satu Teknik yang sama untuk semua orang dan semua situasi. Situasi yang berbeda membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda, dan memahami gaya kepemimpinan ini dapat membantu individu dan organisasi untuk berkembang. Gaya kepemimpinan yang berbeda dapat meningkatkan atau menghambat aspek-aspek ini. Misalnya, seorang pemimpin yang mengadopsi gaya partisipatif mungkin merasa bahwa karyawan merasa lebih dihargai dan terlibat, sedangkan gaya yang lebih otoriter dapat menyebabkan ketidakpuasan atau kreativitas yang terkekang.
Itulah mengapa memahami beberapa style kepemimpinan sangat berharga bagi para leader. Kepemimpinan yang efektif dapat menumbuhkan saluran komunikasi yang kuat, pendelegasian yang jelas, dan motivasi yang lebih tinggi, yang berkontribusi secara signifikan terhadap keberhasilan organisasi. Untuk ini, kita bisa mengikuti training, membaca buku, belajar sendiri di Internet, YouTube …dll.
**
𝐜) 𝐏𝐫𝐚𝐜𝐭𝐢𝐜𝐞, 𝐏𝐫𝐚𝐜𝐭𝐢𝐜𝐞, 𝐏𝐫𝐚𝐜𝐭𝐢𝐜𝐞𝐬
Setelah membaca, training dan belajar, ya tidak ad acara lain selain mempratekkan. Just do it. Tapi bersiaplah untuk berhasil dan meneruskan cara kita. Tapi siap siap juga untuk gagal, kemudian belajar lagi dan mencoba lagi,. Begitu seterusnya,.
**
𝐝) 𝐀𝐝𝐦𝐢𝐭 𝐰𝐡𝐞𝐧 𝐲𝐨𝐮 𝐟𝐚𝐢𝐥 𝐚𝐧𝐝 𝐦𝐨𝐯𝐞 𝐨𝐧.
Dalam budaya di mana para pemimpin terbuka untuk mengakui kesalahan, karyawan cenderung mengambil risiko yang diperhitungkan dan berpikir. Mengetahui bahwa kesalahan tidak akan disalahkan atau dihukum (selama tujuannya baik) , anggota tim merasa (di-empower) berdaya untuk mengeksplorasi ide dan solusi baru. Hal ini, pada gilirannya, memicu inovasi dan mendorong organisasi maju.
**
𝐞) 𝐂𝐨𝐚𝐜𝐡, 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐩𝐥𝐚𝐲.
Kalau mau jadi leader yang dewasa, jangan kerjakan semua sendirian. Harus berani mempercayakan dan mendelegasikan pekerjaan ke team. Jangan hanya menyimpan semua ilmu sendirian, harus rajin memberikan pengetahuan tentang proses, prosedur, dan tugas yang diperlukan.
Intinya jangan hanya mengerjakan sendiri, jangan hanya menyuruh-nyuruh, Jadilah coach yang baik. Coach meminta karyawan untuk mengidentifikasi diri dan mengarahkan diri sendiri untuk mencapai objective.
**
Salam Hangat,
Pambudi Sunarsihanto