Translate

Thursday, May 31, 2012

5 Things Remarkable Bosses Never Do


What you don't do can sometimes make a bigger impact than what you do.
Human Cannon Ball
 
1,819
Share

I recently described what remarkable bosses do. A number of people emailed and asked, "That's a great list, but flip it around: What things should I not do?"
Glad you asked.
As a leader what you don't do can sometimes make as much or even more impact than what you do. Here are five things remarkable bosses never do:

Say, "I've been meaning to apologize for a while..."

You should never need to apologize for not having apologized sooner.
When you mess up, 'fess up. Right away. You certainly want employees to immediately tell you when they make a mistake, so model the same behavior.
If love means never having to say you're sorry, leadership means always having to say you're sorry.

Deliver annual performance reviews.

Annual or semi-annual performance appraisals are largely a waste of time.
Years ago my review was late so I mentioned it to my boss. He said, "I'll get to it... but you should know you won't hear anything new. You've already heard everything I will say, good or bad. If anything on your review comes as a surprise to you I haven't done my job."
He was right. The best feedback isn't scheduled. The best feedback happens on the spot when it makes the most impact, either as praise and encouragement or as training and suggestions for improvement. Waiting for a scheduled review is the lazy way out.
Your job is to coach and mentor and develop--every day.

Hold formal meetings to solicit ideas.

Many companies hold brainstorming sessions to solicit ideas for improvement, especially when times get tough.
Sounds great; after all you're "engaging employees" and "valuing their contributions," right? But you don't need a meeting to get input. When employees know you listen they bring ideas to you.
And if you must ask, the better way to ask for ideas is to talk to people individually and to be more specific. Say, "I wish we could find a way to get orders through our system faster. What would you change if you were me?"
Trust me: Employees picture themselves doing your job--and doing your job better than you--all the time. They have ideas. Sometimes they have great ideas. Be open, act on good ideas, explain why less than good ideas aren't feasible... and you'll get all the input you can handle without a formal meeting.

Create development plans.

Formal development plans are, like annual performance reviews, largely a corporate construct. You should know what each of your employees hopes to achieve: Skills and experience they want to gain, career paths they hope to take, etc.
So talk about it--informally. Then assign projects that fit. Provide training that fits. Create opportunities that fit.
Then give feedback on the spot. "Develop" is a verb. To develop requires action. "Development" is a noun that sits in a file cabinet.

Call in favors.

I know lots of bosses who play the guilt game, like saying, "Mark, I was really flexible with your schedule while your son was sick... now I really need you to come through for me and work this weekend."
Generosity should always be a one-way street. Be flexible when being flexible is the right thing to do. Be accommodating when being accommodating is the right thing to do.
Never lend money to friends unless you don't care if you are repaid, and never do "favors" for employees in anticipation of return.
Remarkable leaders only give. They never take.

Monday, May 28, 2012

Bagaimana kita memandang kerja ?

2012 Egosentrik

Pekerjaan kita adalah hidup kita. Selain waktu tidur, yang mengambil sepertiga waktu hidup, maka waktu kerja dapat mengambil lebih dari sepertiga waktu hidup kita. Kecenderungan (trend) para pekerja sekarang, khususnya para knowledge worker, menggunakan rata-rata 10 sampai 12 jam sehari, bahkan lebih jika waktu perjalanan ke tempat kerja masuk dalam hitungan. Ini artinya lebih dari setengah waktu hidup untuk bekerja. Bagaimana kita memandang pekerjaan karenanya menentukan bagaimana kita hidup. Kita akan mencoba melihat bagaimana umumnya orang memandang atau menilai kerja dan apa implikasinya dalam hidup.

Ada banyak variasi pandangan tentang kerja, namun untuk maksud keseluruhan dari rangkaian tulisan akan dikemukakan tiga yang utama:

1. Pandangan sekuler 2. Pandangan "gereja" 3. Pandangan "yang lebih seimbang"

Pandangan yang pertama tentang pekerjaan kita sebut saja sebagai pandangan sekuler. Pandangan sekuler dianggap mewakili pandangan umum dalam masyarakat.

Dalam pandangan masyarakat umum, khususnya para profesional, pekerjaan telah dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mencapai kepuasan atau pemenuhan diri. Melalui pekerjaan kebutuhan materi, emosional dan intelektual dipenuhi. Tidak heran jika hal mencari pekerjaan menjadi pergumulan utama setelah menyelesaikan sekolah. Umumnya pencari kerja mencari pekerjaan yang dapat memberikan penghasilan sebesar-besarnya. Pekerjaan berpenghasilan besar ini memberikan rasa aman secara finansial sekaligus memberikan kebanggaan karena merupakan pengakuan terhadap kompetensinya. Situasi kerja yang kompetitif juga memberikan rangsangan untuk terus bertumbuh secara wawasan dan intelektual. Melalui pekerjaan orang merasa intelektualnya tidak hanya terpakai tapi juga diakui oleh komunitas berbasis pengetahuan.

Jargon sukses menjadi kata kunci kedua dalam pandangan ini. Ukuran sukses seseorang diukur melalui pencapaian materi dan pengakuan terhadap prestasi yang dicapai. Sukses adalah suatu pengakuan yang telah menjadi kebutuhan berikutnya setelah hal-hal mendasar seperti sandang, pangan dan papan terpenuhi. Sukes dalam hidup dicapai melalui sukses dalam pekerjaan karena itu harus dipertahankan dengan sekuat tenaga. Sebaliknya kegagalan dalam pekerjaan adalah kegagalan total dalam hidup karena itu harus diperjuangkan dengan sekuat tenaga walaupun harus menahan berbagai penderitaan, deraan dan kompetisi yang tidak tertahankan.

Tidak heran kalau pembicaraan tentang stress, kerusakan dalam rumah tangga, rusaknya hubungan dengan anak ataupun putusnya hubungan dengan rekan sejawat sampai pada permusuhan dengan kompetitor menjadi percakapan biasa di antara para pekerja. Semua itu dibicarakan sebagai harga yang harus dibayar oleh para profesional yang mencoba meraih sukses, meraih pekerjaan yang lebih baik, bergengsi atau berpenghasilan lebih tinggi. Yang lain melihatnya sebagai usaha untuk tetap bertahan dalam rimba kompetisi atau sekedar bisa tetap bertahan dalam pekerjaan. Sebuah perusahaan yang terkenal dan meng-global, tiap tahunnya memecat 10% karyawan terjeleknya dan meggantikannya dengan karyawan baru yang lebih segar dan lebih kompeten. Karir dalam pandangan masyarakat profesional telah menjadi berhala modern.

Pandangan yang kedua adalah pandangan "gereja" atau pandangan yang "kristiani" terhadap kerja.

Dalam pandangan ini pekerjaan penginjil dan pendeta adalah pekerjaan dan/atau panggilan yang lebih tinggi atau lebih mulia. Jenis pekerjaan seperti inilah yang seharusnya dijalani oleh orang-orang kristen yang sudah lahir baru. Jenis pekerjaan seperti yang diperintahkan oleh Alkitab, yang langsung jelas kaitannya dengan rencana Allah untuk dunia ini.

Akibat pandangan ini banyak profesional yang merasa bersalah karena terlalu sibuk bekerja dan tidak bisa ikut ambil bagian dalam pelayanan gereja. Sebagian lagi kemudian memutuskan untuk keluar dari pekerjaan "sekuler"nya untuk kemudian menjadi pelayan Tuhan full timer. Di kampus, mahasiswa-mahasiswa kristen memilih aktif dalam pelayanan di gereja atau badan-badan pelayanan dari pada menghabiskan waktu dalam kelompok-kelompok diskusi sekuler, senat mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi politik. Mengapa pilihannya seperti itu? Sepakat atau tidak, disinyalir ada kaitannya dengan pandangan mahasiswa kristen tentang pekerjaan yang sekuler dan yang kristiani.

Implikasi lain dari pandangan ini adalah bahwa pekerjaan yang berlabel kristen lebih rohani dari pekerjaan yang tidak kristen. Sebagian dari para pekerja memilih untuk tetap di profesi "sekulernya" tetapi dengan tambahan label kristen. Mereka menjadi pengusaha kristen, menjadi dokter kristen di rumah sakit kristen atau pengacara kristen. Jangan kaget kalau suatu saat, mungkin malah sudah, kita akan melihat atau mendengar tentang fitness center kristen atau salon kristen.

Pandangan yang ketiga adalah pandangan "yang lebih seimbang" tentang pekerjaan. Pandangan ini mencoba memberi arti rohani dalam pekerjaan sekuler. Dalam pandangan ini pekerjaan adalah sarana untuk penginjilan atau sarana menyatakan iman.

Dalam pandangan ini, kita bukan lagi guru, pengusaha, dokter, insinyur atau pengacara, tetapi penginjil di bidang pendidikan, bisnis, kedokteran, teknik dan hukum. Hal ini seperti saudara-saudara kita dari luar negeri yang terpanggil menjadi penginjil. Masuk ke Indonesia dengan mencantumkan profesinya sebagai penginjil adalah mustahil. Karena itu mereka berusaha menguasai satu bidang profesional tertentu seperti guru, dokter, atau konsultan sebagai tiket masuk ke Indonesia. Pada intinya, yang menjadi fokus utama adalah penginjilan.

Jika kita melirik ke dalam Alkitab, kita bisa bercermin pada rasul Paulus yang memiliki keahlian membuat tenda dan membiayai perjalanan penginjilannya melalui profesi membuat tenda.

Manakah di antara tiga pandangan ini yang mewakili pandangan saudara? Mungkin tidak tiga-tiganya! Baik sekali, nantikan tulisan berikutnya.

Saturday, May 19, 2012

Yang penting bukan business plan melulu

Great Businesses Don't Start With a plan

You want to start a business. So you need a plan, right? No. Not really.

As part of the research for a book I'm co-authoring — Heart, Smarts, Guts, and Luck, due out in August from HBR Press — my colleagues and I interviewed and surveyed hundreds of successful entrepreneurs around the globe to better understand what it takes to be an entrepreneur and build a really great business. One of our most striking findings was that of the entrepreneurs we surveyed who had a successful exit (that is, an IPO or sale to another firm), about 70% did NOT start with a business plan.

Instead, their business journeys originated in a different place, a place we call the Heart. They were conceived not with a document but with a feeling and doing for an authentic vision. Clarity of purpose and passion ruled the day with less time spent writing about an idea and more time spent just doing it.

It's not that all planning is bad. It's that efforts to write the "perfect" business plan usually lead to being precisely incorrect rather than approximately correct. One problem is that the content that most people focus on in business plans has little to do with the reality that will actually emerge. Many start-up plans emphasize some gigantic potential market and how getting just the smallest sliver of it will make them and investors rich. A colleague of mine offers the hypothetical example of selling a bar of soap for a dollar every month to just 0.5% percent of the people in China. It's nearly a $100M business! Good luck making it happen, though.

At a business's inception, resources are limited, and the best content for a business plan is real-world data based on testing aspects of the concept. These experiments need not be complex. You want simple, iterative tests that are easily measurable and let you know whether you are winning or not.

It's not just start-ups. The strategic architecture of any business should incorporate facts from real world testing to allow one to adjust course as necessary. This is what Henry Mintzberg, a seminal figure in competitive strategy theory, once described as "emergent" or "evolutionary" strategy. My business partner Mats Lederhausen (formerly global head of strategy for McDonald's as well as former Executive Chairman of Chipotle) has his own saying for it: think big, start small, then scale or fail fast.

So don't worry too much about a business plan. But to guide your thinking, improve a pitch to prospective investors, or better align your teams, consider these design points:

1. Identify and clearly articulate your Heart and purpose. Whether you want to call it vision, Heart, purpose or calling, be very clear on the why of a business — the bigger goal at hand.

2. The team is more important than any idea or plan. The top three priorities should be people, followed by people, and then people.

3. Think big, start small, then scale or fail fast. Per Lederhausen's advice, set the right first "start small" milestone; it will usually involve seeing people's willingness to buy or at least try your product.

4. Focus on a well-defined market sub-segment or niche. At least to start, think of where you can potentially be the best. This strategy is almost always more successful than being just another player in a massive market.

5. Understand your business model. How you will make money is more important than pages of Excel showing financials that are simply too hard to predict at this early stage anyway. Understand instead the basic way you will make money - is it through transactions, advertising, subscriptions, etc?

There appears to be a perennial market for how-to classes, books, and templates that promise almost "color by number" instructions for populating business plans. While aspects of those tools are helpful for a structured approach, they are more likely to mislead because of their emphasis on completing the plan of a business before uncovering its soul and demonstrating whether others connect with it. People feel a sense of accomplishment upon completing their plan, but what does that plan really get them? Filling worksheets can never replace zeroing in on the passion and purpose of your business. That Heart has to be there day one. The most researched business plan holds little value without a genuine Heart behind the idea and the Guts to just get it going.

Wednesday, May 16, 2012

Temukan Bakatmu

Discover your Talent



Kamus besar Bahasa Indonesia , mendifinisikan Bakat sebagai ;

Dasar kepandaian , sifat dan pembawaan seseorang .

Apakah anda tahu bakat anda ?
Apakah sesuai dengan cita-cita anda dimasa depan ?
Apakah anda siap merubah cita-cita anda yang sudah diimpikan ?

Banyak orang gagal dalam perjalanan hidupnya karena tidak mengetahui kemampuan / bakat dalam dirinya setelah melakukan suatu pekerjaan tidak bisa bertahan lama , selalu gagal dan harus berganti pekerjaan lagi ! sampai ia menemukan pekerjaan yang pas , setelah menghabiskan modal , waktu , tenaga dan pikiran .

Salah satu sebab ( bukan satu-satunya penyebab ) karena ia melakukan aktifitas / pekerjaan tidak sesuai dengan bakat , sehingga pekerjaan yang dilakukan selalu gagal . sehingga muncullah lembaga–lembaga yang mengajarkan bagaimana menemukan bakat dalam diri seseorang baik secara ilmiah , psychology , fingerprint , mistik hipnotis dan metode-metode lainnya untuk menemukan bakat sedini mungkin sehingga sekarang ada test bakat untuk anak SD , SMP ( kebanyakan gagal , karena anak masih tidak stabil masih berubah ) dan SMA ( test bakat dalam usia ini 70 persen berhasil )

Mereka yang bekerja sesuai dengan bakat dan talentanya cenderung lebih berhasil dalam bidang yang ditekuninya !

Akibat karier dipaksakan tidak sesuai dengan bakat dan talentanya , seperti ikan dipaksa hidup didarat , monyet tidak boleh naik pohon , katak tidak boleh melompat . maka hasilnya tidak ada gairah , antusiasme , semangat dalam pekerjaannya karena potensi-potensi dalam dirinya tidak tersalurkan dengan baik !

 Agar tidak mengalami kegagalan dalam perjalanan hidup kemudian hari ! Bagaimana sebagai anak Tuhan bisa “ Menemukan bakat “ ( Discover talent ) dalam dirinya sehingga tidak mengalami persoalan dimasa depan seperti yang terjadi dalam kehidupan kebanyakan orang .

Kita melihat dulu pendapat para ahli dalam hal ini ;

Andrias Harefa , Seorang trainer coach yang telah berpengalaman melatih banyak orang selama 20 tahun ini mengatakan ;

1.   Observasi orang tuanya yang mengamati sikap , prilaku dan bakat anaknya sejak kecil , sehingga mengenali kekuatan dan kekurangan anaknya , sehingga mengenali potensi anaknya .

2.   Test bakat melalui psikolog dengan memanfaatkan berbagai alat ukur untuk membaca bakat seorang anak .

3.   Dengan mencoba-coba sendiri , berbagai macam hal yang belum pernah dilakukan sehingga lewat berbagai pengalaman tersebut memperkaya perspektif yang ada dalam dirinya .

4.   Bertanya kepada orang yang dekat dilingkungannya apa dan bagaimana pendapat mereka tentang bakat dalam dirinya .

5.   Memperhatikan bidang minat postitive yang sering menghabiskan waktu , karena minatnya yang sangat kuat terhadap bidang tersebut seperti , bermain computer , alat music tertentu , oleh raga tertentu dllnya .

6.   Kepekaan menerima visa dari Tuhan , sehingga mengetahui apa yang terbaik bagi masa depan hidupnya .

KRMT Drs Suwitadi Kusumodilogo , SH , MM , M.si , Rektor Universitas Kriten Surakarta mengatakan , dari 80% mahasiswa ( UKS ) kurang 40% yang bekerja sesuai bidangnya ( dari sisi keilmuan yang dipelajarinya ) Sebab Kenyataan dilapangan lain ,

1.   Setelah lulus mereka tidak bisa menunggu pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajarinya , kalau menunggu terus akan menambah beban orang tuanya dan akan menghantam mentalnya .

2.   Secara social akan menambah masalah ditengah masyarakat , orang pintar tidak punya pekerjaan akan mencari jalan mendapatkan penghasilan dengan cara yang jahat .

Pdt . Dr. Aristarkhus . Sukarto . Mth , Pendeta GKMI Seorang rector Universitas Kristen Krida Wacana ( UKRIDA ) Mengatakan sesungguhnya ;

1.   Tidak ada lapangan kerja yang khusus dalam kehidupan seseorang tergantung kemauan dan niat hidupnya , walau mungkin pekerjaan itu tidak sesuai dengan keilmuan yang dipelajari tetapi kalau ia mau tekun bekerja ia bisa mengalami kesuksesan juga .

2.   Tidak ada lapangan pekerjaan yang sungguh-sungguh sesuai dengan disiplin ilmu , “ Tidak ada lapangan pekerjaan yang spesifik “  Karena tidak ada lapangan pekerjanan yang spesifik maka sudah logis semua pekerjaan bisa asal ada kemauan untuk mengerjakannya .
Memang secara keilmuan sangat disayangkan tetapi tidak bisa menutup mata terhadap realita hidup ditengah masyarakat memang seperti itu .

Pdt . Ir . Rachmat T. Manulung , M.si , Gembala sidang , Ketua umum Sinode Gereja Kristen Kemah Daud ( GKKD ) dan ketua Sekolah Tinggi Theologia LETS Jakarta , mengatakan Bakat adalah talenta yang Tuhan berikan kepada seseorang menurut Kedaulatan Tuhan sendiri ada yang diberi lima , dua dan Cuma satu dengan dasar Matius 25 : 14-15 .

Maka setiap Umat yang mau mengalami kesuksesan dalam hidupnya , ia harus bekerja sesuai dengan talenta yang Tuhan sudah berikan dalam hidupnya dan untuk mengetahui talenta dalam hidupnya ia harus mengalami pemulihan “ Gambar dirinya “ lebih dulu .

Dalam hal ini bagaimana dengan ayat 15b yang mengatakan masing-masing menurut kesanggupannya lalu ia berangkat!?

Berarti bukan masalah kedaulatan Tuhan yang menentukan seseorang menerima talenta tetapi masing-masing menurut kesanggupan ( permintaannya sendiri mau berapa talenta ) sehingga saat mereka tidak mengerjakan apa yang sudah disanggupinya maka kena hukuman Tuhan !

Kesimpulan pandangan beberapa orang tersebut , Menemukan bakat dalam diri seseorang ;

1.   Diperlukan pihak-pihak yang dapat membantu , mungkin orang tuanya , sekolah , kampus , psikolog , rohaniawan atau orang-orang lain yang Tuhan kirimkan menolong kita .

2.   Oleh sebab itu mereka yang ada disekitarmu jangan diabaikan dalam menemukan bakat dalam hidup untuk masa depan yang sukses dengan berproses dengan Tuhan dan sesama .
Apa kata Tuhan dan Langkah hidup seperti apa yang tepat untuk kita bisa menemukan bakat dan menjalani masa depan yang sukses dimulai dari sekarang saat masih muda .

1.   Amsal 1 : 7 , “ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan , tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan “ takut Tuhan diwujudkan tekun melakukan Firman-Nya dalam perjalanan hidup ini , maka melalui perjalanan waktu kita makin mengenal; kehendak dan rencana-Nyaa bagi hidup kita , karena Tuhan menuntun kita menemukan jalan apa yang harus kita hidupi sehingga kita mengalami masa depan yang cerah . ( Yermia 29:11 )

2.   Amsal 20 : 18 , “ Rancangan terlaksana oleh pertimbangan , sebab itu berperanglah dengan siasat “ Untuk mencapai tujuan hidup yang berhasil maka harus membuat Visi / mimpi dalam kehidupan ini sesuai dengan pilihan yang kuat dalam hatinya (  perencanaan beberapa tahun kedepan ) bukan karena paksaan orang tua atau meniru orang lain .

3.   Yakobus 2 : 17 , “ Demikianlah juga halnya dengan Iman ; Jika Iman itu tidak disertai , maka Iman itu pada hakekatnya adalah mati “ , Mulailah bertindak , action dengan Iman lewat doa maka Tuhan akan menunjukkan langkah-langkah hidup seperti apa yang harus dikerjakan sehingga dari waktu kewaktu mimpi anda makin nyata .

4.   Yohanes 10 : 27 , “ Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku , Untuk menemukan bakat dan kesuksesan hidup ikulah petunjuk Tuhan yang akan membawa hiudp kita kepada rumput yang hijau dan air yang tenang .

Milikilah kesetiaan dalam setiap tanggung jawab yang diberikan dalam hidupmu apapun dimana saja baik dirumah , disekolah dan digereja , kerjakanlah dengan penuh tanggung jawab , focus kepada tugas yang diberikan bahkan kembangkan dengan baik , bukan sekedar melaksanakan tugas saja dan lakukan itu dengan suka cita , maka itulah awal mempersiapkan diri sebagai seorang yang bisa dipercaya untuk pekerjaan dan tanggung jawab yang lebih besar lagi . Matius 25 : 21 .

Tuhan punya rencana yang laur biasa bagi masa depan anak-anak-Nya ; Reach the future , Mission possible , Are you ready , Focus , From zero to hero , Attitude , apa yang menjadi penghalang semua rencana baik Tuhan tidak terjadi dalam hidup anak-anak-Nya / > “ Malas “ itulah musuh utama yang harus diperangi dengan membuat komitmen kepada diri sendiri ,  displin diri yang ketat membersiapkan masa depan dari sekarang dengana belajar terus !

Memiliki kesadaran hidup ini adalah proses belajar yang terus menerus sampai tua , dalam setiap momentum kehidupan ini harus kita manfaatkan untuk belajar , dalam pergaulan ketemu berbagai jenis manusia yang aneh sekalipun , masalah yang dihadapi apapun merupakan momentum pembelajaran yang bermanfaat dan berguna untuk masa depan hidup . Maka makin hari akan makin nampak Talenta / bakat dalam hidup kita ingat Firman Tuhan , Segala sesuatu bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Tuhan !  Amin .


http://storiesawakespirit.blogspot.com/2011/12/discover-your-talent.html

Sunday, May 13, 2012

Tuhan adalah seorang pemulung

Suatu ketika seorang guru bertanya kepada murid-muridnya tentang siapa itu Tuhan ?


Steven - ayahnya Hakim -, menjawab : ia bahwa Tuhan itu adalah hakim yang mengadili org jahat.

Albert, - yang ayahnya seorang dokter -.
Menjawab : Tuhan adalah dokter yg bisa menyembuhkan segala penyakit.

Michael - Papanya Konglomerat -,
Menjawab : Bahwa Tuhan adalah yang bisa memberikan segalanya.

Semua anak ditanya dan jawabnya adalah perspektif mereka terhadap pekerjaan bapaknya di dunia.

Tibalah giliran Sarjo yg akan ditanya oleh guru. Guru tahu bahwa Sarjo tidak semapan teman-temannya yang hidup nya berkecukupan. Kepala Sarjo menunduk kebawah, tidak berani menatap gurunya.

Sang guru lalu bertanya kpd Sarjo, siapakah Tuhan itu?

Dgn suara lemah Sarjo menjawab bahwa Tuhan itu adalah seorang "pemulung".
Tiba2 kelas menjadi ricuh dan ribut dengan jawaban Sarjo, bagaimana bisa Tuhan itu seperti "pemulung". Lalu guru pun bertanya, kenapa Sarjo bilang kalau Tuhan itu "pemulung" ?

Lalu Sarjo menjawab dengan menengadahkan mukanya, Sarjo berkata bahwa seorang pemulung mengambil barang-barang yang tidak berguna dan mengumpulkannya, membersihkannya sehingga menjadi berguna.

Bapak saya juga memungut saya dari jalanan dan membawa pulang saya kerumahnya, saya diasuhnya, disekolahkan, dididiknya sehingga menjadi berguna. Jika bapak saya tidak mengambil saya, entah jadi apakah nasib saya sekarang dijalan.

Demikianlah Tuhan menjadi seperti seorang "pemulung" yang mengambil yang tidak berguna menjadi berguna.

Semua kelas terdiam dan tanpa terasa sang guru meneteskan airmata. Lalu dipeluknya Sarjo dengan erat sambil menangis terharu.

Selamat 'Merenungkannya'.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Wednesday, May 02, 2012

AICTE Rolls Out Microsoft Live@edu to 7 Million Students

AICTE Rolls Out Microsoft Live@edu to 7 Million Students

By Kanoe Namahoe⁠04/18/12

The All India Council for Technical Education (AICTE) is rolling out Microsoft's hosted communication and collaboration service, Microsoft Live@edu, over the next three months to roughly 7.5 million students and faculty at more than 10,000 institutions throughout India. The new contract is one Microsoft's largest cloud deployments to date.

Live@edu will provide AICTE member institutions with hosted e-mail, Microsoft Office Web Apps, instant messaging, and storage. AICTE plans to expand deployment of Microsoft's cloud services to include Microsoft Exchange Online email and calendar, Microsoft SharePoint Online, Microsoft Lync Online, and Microsoft Office Professional when Microsoft Office 365 for education becomes available later this year.

"Microsoft's cloud platform will make for a truly progressive ecosystem and contribute to the country's technical education by providing a better communication and collaboration platform for institutes and students," said Dr. S. S. Mantha, chairman of AICTE in a prepared statement released last week by Microsoft.

AICTE is the governing body for technical education in India and is a member of India's Ministry of Human Resource Development.

AICTE evaluated a number of vendors, including IBM and Google, before awarding the contract to Microsoft. Deployment has begun and is expected to be finished by summer 2012.

About the Author

Kanoe Namahoe is online editor for 1105 Media's Education Group. She can be reached at knamahoe@1105media.com.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

From Lea, we got Jehuda..

Dari Lea, kita mendapatkan Yehuda, nenek moyang Yesus Kristus Tuhan kita.

Dari yang tidak diharapkan atau yang kurang baik, kita mendapatkan yang baik atau terbaik.

Seringkali inilah yang kita temui dalam kehidupan kita, dalam banyak hal. Kita pikir ini bukan yang baik, bahkan cenderung buruk, tapi nyatanya dari sanalah kebaikan bahkan yang terbaik muncul. Kita tidak dapat memandang remeh pekerjaan Tuhan dalam segala hal. Kita memiliki pola pikir dan kemampuan terbatas dibandingkan Tuhan. Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk memastikan dan melibatkan Tuhan dalam segala hal di kehidupan kita.

Inilah yang harus senantiasa kita lakukan, dan menyerahkan semuanya kepada kehendak Tuhan, bukan kemauan kita.

Dari yang buruk, bisa keluar yang terbaik.. Sungguh besar pekerjaan Tuhan.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com